Minggu, 26 Desember 2010

BERSAMA AL QUR'AN

KAJIAN AL-QUR’AN
“SEHARI BERSAMA AL-QUR’AN “
Di Masjid At-Taqwa Rawa Lumbu Bekasi , Sabtu, 25 Desember 2010
Oleh: DR. KH. Ali Akhmadi, Lc,MA, Al-HAfizh

Alhamdulillah, kita bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan ni’mat yang banyak kepada kita semua, diantaranya nikmat iman dan islam dan nikmat Al-Qur’an yang merupakan pedoman hidup umat manusia. Salawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW sebagai qudwah hasanah yang telah berjuang menda’wahkan agama Allah dan mengajarkan Al-qur’an yang sampai sekarang tetap terjaga dan terpelihara ajarannya. Dan semoga kita sebagai orang-orang yang dipilih dalam menjaga Al-Qur’an senantiasa diberkati dan menjadikan kita Ahlul Qur’an,amin.
Dari kajian Al-Qur’an “Sehari bersama Al-Qur’an” yang dilaksanakan di Masjid At-Taqwa RawaLumbu Bekasi dapat disimpulkan dan dijelaskan beberapa poin diantaranya:

1. semua sarana kehidupan, sistem (aturan),nabi dan rasul sudah lengkap diturunkan untuk melayani kebahagiaan hidup umat manusia.

Maha Agung dan Maha Bijaksana Allah SWT yang telah menciptakan alam semesta ini sebelum manusia diciptakan.
QS, 2/ 22. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; Karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah[30], padahal kamu Mengetahui.(Al-Baqaroh)

[30] ialah segala sesuatu yang disembah di samping menyembah Allah seperti berhala-berhala, dewa-dewa, dan sebagainya.

Telah sempurna din(aturan) Allah diturunkan dan telah lengkap utusan-utusan Allah diutus kepada manusia di bumi ini. Dan tidak ada tempat dimuka bumi ini sebelumnya kecuali sudah di kirim kepadanya seorang utusan yang memberi peringatan.
        •     
24. Sesungguhnya kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran[1255] sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. dan tidak ada suatu umatpun melainkan Telah ada padanya seorang pemberi peringatan.(Fathir)
[1255] yang dimaksud dengan kebenaran di sini ialah agama tauhid dan hukum-hukumnya.

Dan Allah SWT juga tidak menyiksa manusia sebelum datang utusan kepada mereka.
•  •     
15. …………… dan kami tidak akan meng'azab sebelum kami mengutus seorang rasul.(Al-Isro’)

Begitu juga para malaikat Allah yang diutus untuk menyampaikan wahyu kepada Nabi Muhammad dan para rasul-rasul yang juga utusan Allah sebelumnya, semuanya menyampaikan misi yang sama yaitu ajaran Tauhid. Tentunya setiap rasul yang di utus mempunyai empat sifat kenabian yaitu shiddiq (benar), amanah(dipercaya), tabligh(menyampaikan) dan fatonah.(cerdas) Dan para rasul itu mempunyai derajat yang berbeda-beda didalam hal kesabaran dalam mengajarkan risalah Allah. Adapun Para rasul yang tertinggi kesabarannya dijuluki “ulul azmi”.
           •          •         
35. Maka Bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul Telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (Inilah) suatu pelajaran yang cukup, Maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik.(Al-Ahqof)

Rasulullah SAW meskipun dengan usia yang relatif pendek tapi mampu menyampaikan semua risalah Allah SWT dan sampai keseluruh pelosok dunia. Ajaran Al-Qur’an tidak hanya dida’wahkan buat manusia saja tapi seluruh makhluq Allah termasuk bangsa jin lainnya juga bagian dari makhluk yang dida’wahi. Dan dimana saja masjid atau tempat yang suci yang di bacakan dan dipelajari di dalamnya Al-Qur’an pasti ada makhluk-makhluk Allah Seperti malaikat dan jin yang senantiasa khusyu’ mendengarkan bacaan Al-Qur’an. Oleh karenanya tentunya kita sebagai bangsa manusia harusnya lebih peduli dan malu akan hal itu.

2. pemahaman dan penguasaan Al-Qur’an umat islam di Indonesia masih sangat rendah
Rasio perbandingan umat islam di indonesia dalam hal penguasaan Al-Qur’an sangat jauh sekali, idealnya perbandingannya satu banding dua. Dari jumlah umat islam yang sekitar 170 juta jiwa maka 85 juta umat islam seharusnya menguasai al-qur’an, barulah Indonesia bisa mengalami perubahan kearah yang lebih baik.
                             
66. Sekarang Allah Telah meringankan kepadamu dan dia Telah mengetahui bahwa padamu ada kelemahan. Maka jika ada diantaramu seratus orang yang sabar, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang kafir; dan jika diantaramu ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ribu orang, dengan seizin Allah. dan Allah beserta orang-orang yang sabar.(Al-Anfal:66)

Jika tida ada usaha kearah itu maka Al-Qur’an yang ada di tangan kita sekarang tidak bisa memberikan manfaat yang banyak dan dicela oleh Allah SWT:
                         
5. Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, Kemudian mereka tiada memikulnya[1474] adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.(al-Jumu’ah)
[1474] Maksudnya: tidak mengamalkan isinya, antara lain tidak membenarkan kedatangan Muhammad s.a.w.

Dalam tafsir At-Tabari , dijelaskan bahwa Al-Qur’an adalah Kalam Allah SWT yang didalamnya menceritakan peristiwa sebelum kamu (peristiwa terdahulu) dan berita-berita dahsyat yang akan terjadi pada hari kiamat termasuk tentang surga dan neraka.
Begitulah Al-Qur’an sebagai kitab yang konprehensif yang tetap actual sepanjang masa. Oleh karena itu menguasainya adalah kewajiban umat islam semuanya. Karena ajaran Al-Qur’an sangat jelas dan pasti.dan barang siapa yang mengasai Al-qur’an maka seseorang bisa mencari jalan keluar bagi semua permasalahan kehidupannya.

3. belajar dari para imam-imam terdahulu dalam hal interaksi dengan Al-Qur’an

Al-kisah diceritakan bagaimana Imam syafi;I ketika bertamu dan bermalam di rumahnya imam Ahmad bin Hambal, ketika paginya anaknya Imam Ahmad menyangka bahwa Imam syafi’I tidak melaksanakan solat malam sebagaimana kebiasaan para imam, maka Imam Syafi’I bercerita pagi harinya bahwa semalam dia sudah menyelesaikan 34 masalah kehidupan. Tentunya karena pengusaan beliau tentang Al-Qur’an yang sangat baik maka mampu memecahkan masalah itu.
Begitulah para imam dahulu mereka dalam berinteraksi dengan al-qur’an sangat intensif Imam syafi’I konon khatam Al-Qur’an 2 kali dalam sehari semalam selama bulan ramadhan Sedangkan imam Abu Hanifah selama hidupnya mampu mengkhatamkan sebanyak 75.000 kali. Inilah Al-Qur’an mu’jizat Nabi Muhammad yang tidak akan lapuk walaupun terus diulang-ulang orang sepanjang masa.

4. Keistimewaan dan kehebatan Al-Qur’an


Ahlul Qur’an adalah keluarga Allah dibumi ini yang dalam hadits dijelaskan derajatnya bisa mencapai seperti nabi hanya saja dia tidak diberi wahyu. Karena orang yang sering berinteraksi dengan Al-Qur’an mengalir dalam darahnya ayat-ayat Al-Qur’an kemudian dia mahir menguasainya maka disurga kelak bersama para nabi dan rasul. Di dalam kitab Fathul Mubin didalamnya terangkum 40 hadits tentang keutamaan orang-orang yang berinteraksi dengan Al-Qur’an dan salah satu atsar mengatakan bahwa disurga nanti setiap huruf dari Al-Qur’an akan menjelma menjadi bidadari surga yang menakjubkan. subhanallah..

Seluruh muatan kebaikan, keistimewaan, keunggulan dan kekuatan yang ada semuanya dijelaskan dalam kitab suci Al-Qur’an.Maka apapun predikat yang diberikan pada Al-Qur’an maka idealnya orang tersebut juga akan mempunyai kemuliaan, diantaranya yang bisa kita sebutkan adalah:
- Al-Qur’an adalah penggugah dan bisa mempengaruhi
           
26. Dan orang-orang yang kafir berkata: "Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al Quran Ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan mereka".(Fushilat)

- Al-Qur’an adalah obat
 ••   •          
57. Hai manusia, Sesungguhnya Telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.(Yunus)


- Al-Qur’an adalah “kehidupan”
          ••  •             
122. Dan apakah orang yang sudah mati[502] Kemudian dia kami hidupkan dan kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang Telah mereka kerjakan.(Al-An-am)

[502] maksudnya ialah orang yang Telah mati hatinya yakni orang-orang kafir dan sebagainya.
      •         •   
22. Dan tidak (pula) sama orang-orang yang hidup dan orang-orang yang mati. Sesungguhnya Allah memberi pendengaran kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan kamu sekali-kali tiada sanggup menjadikan orang yang didalam kubur dapat mendengar[1254].(Fathir)

[1254] Maksudnya: nabi Muhammad tidak dapat memberi petunjuk kepada orang-orang musyrikin yang Telah mati hatinya.

- Al-Qur’an adalah kekuatan yang dahsyat,
-                 ••  ي 
21. Kalau sekiranya kami turunkan Al-Quran Ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. dan perumpamaan-perumpamaan itu kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.(Al-Hasyr)

Maka kemuliaan Al-Qur’an tidak hanya kita dapatkan dengan hanya dari bacaan saja tapi bagaimana Al-Qur’an bisa menyentuh jiwa dan perilaku kita sehingga itulah hakekat kemuliaan yang sebenarnya.

Dan terakhir kita sama-sama renungkan mengapa umat islam sekarang ini tidak tertarik mempelajari dan mendalami Al-Qur’an? Ada beberapa poin yang bisa menjadi penyebabnya, diantaranya :
1. Kemungkinan seseorang tidak bisa mengambil manfaat dari Al-Qur’an karena kurangnya pemahaman dan rendahnya keimanan seseorang terhadap Al-Qur’an.
Dahulu dizaman para sahabat mereka diberikan iman sebelum Al-qur’an
كُنا نقت الإيمان قبل القر ان
Kami dulu diberikan iman sebelum Al-Qur’an

Dan akan datang suatu zaman dimana orang punya Al-Qur’an tapi tidak punya iman.
Jadi keimanan sebagaimana didefinisikan oleh Abu Bakar AS-Shiddiq adalah sebagai sesuatu yang menancap kuat dalam hati.yang diucapkan dengan lisan dan diwujudkan dengan anggota badan

2. Arus materialisme yang sangat kuat mempengaruhi pola fikir dan keimanan seseorang.
Bahwa dunia itu indah dan manis dan keindahan fisik sangat meendominasi dari pada keindahan rohani.sehingga membutakan mata batinnya(bashirah)walaupun mata fisiknya melihat dengan terang.
              •          
46. Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.

3. Kurang promosi dan sosialisasi
Adalah sangat penting dan sangat strategis untuk menggunakan tekhnologi dan media informasi sebagai alat promosi untuk mensosialisasikan kegiatan Al-Qur’an, karena itu adalah sarana maka menggunakannya juga adalah suatu kewajiban yang harus dilakukan karena jika tidak maka akan dipergunakan untuk hal-hal yang tidak baik.

  •         •  •                     
60. Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).

4. Tidak adanya Qudwah dan suri tauladan.
Salah satu krisis yang terjadi sekarang ini yang perlu dievaluasi adalah krisis keteladanan. Ulama dan para da’I harus introspeksi akan hal ini. Tidak adanya figur ini membuat umat islam mencari figur diluar islam. Hanya Rasulullah sebagai Qudwah yang wajib diikuti oleh umat islam.
                 
21. Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.(Al-Ahzab)

5. Kurang adanya dukungan politis dari pemerintah dan swasta.
Kegiatan Al-Qur’an juga sangat dipengaruhi oleh sejauh mana kepedulian pemerintah setempat.Khususnya dinegara kita dukungan secara politis dari pemerintah masih rendah dan belum menyeluruh, Sehingga kegiatan Al-Qur’an masih berkisar dalam hal seputar bacaan saja. Belum adanya kajian yang integral yang mampu menjadikan al-qur’an sebagai pedoman hidup yang mencakup seluruh sendi kehidupan karena penerapannya masih bersifat parsial.
                
208. Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.(Al-Baqoroh)

Kita berdo’a kepada Allah agar senantiasa diberikan kekuatan untuk dapat menjadikan Al-qur’an sebagai perilaku dalam kehidupan kita dan mampu menjadikannya mengalir dalam lisan mengalir dipikiran, mengalir di perilaku dan mengalir dalam institusi bangsa dan Negara kita.Amin.

Senin, 13 Desember 2010

JUZ 8

MAJELIS AL-QUR’AN

“menjadikan Al-Qur’an mengalir seperti air"

Bersama DR. KH. Ali Akhmadi, Lc.MA, Al-Hafizh
---


Sabtu, 27 Nov 2010 di Masjid Nurul Iman . Jl.Pramuka Utan kayu belakang Hotel Sentral , Jak-Pus.



Juz 8
Pengenalan:
Adalah juz yang permulaannya jatuh pada ayat yang ke 111 dari surat Al-An’am(ayatnya berjumlah 165 ayat termasuk surat Makiyyah), yang berbunyi walau nazzalnaa ilaihimul malaa’ikata….. dan di akhiri dengan ayat yang ke 87 dari surat Al-A’raf (ayatnya berjumlah 206 ayat dan termasuk surat Makiyyah)yang berbunyi "...Wain kaana thoo.ifaatum minkum aamnu billadzii……..

Kandungan juz 8 di antaranya:


- Orang musyrik tetap tidak mau beriman walau bukti kebenaran dan mu’jizat sudah mereka lihat (6/111)
- Musuh para nabi adalah setan manusia dan jin (6/112-113)
- Al-Qur’an adalah undang-undang yang komprehensif yang wajib di ta’ati (6/114-117)
- masalah syari’at memakan daging hewan 6/118-121)
- kehancuran suatu negeri terjadi manakala pembesarnya melakukan makar dan kejahatan (6/ 123-124)
- Hidayah itu hak dari Allah bagi yg dikehendaki dan penyesalan manusia kelak diakherat (6/125-131)
-“qurban’’ cara jahiliyah, kepercayaan dan dan tradisi jahiliyah (6/136-140)
- masalah kepercayaan jahiliyah dalam mengharamkan dan menghalalkan hewan dan penjelasan Allah atas hewan dan apa-apa yang diharamkan(6/142-152)
- inilah al-Qur’an petunjuk jalan yg lurus (6/153-157)
- kebaikan dibalas 10 x lipat dan kejahatan dibalas dengan setimpal (6/ 160)
- Ikrar kaum muslimin yang selalu diucapkan dlm sholat dan amanah sebagai khalifah (6/162-165)
- Al-qur’an sebagi peringatan dan pelajaran (7/2)
- bencana sering datang tiba-tiba (7/4-5)
- bumi sebagai tempat hidup manusia (7/10)
- Dialog Allah dengan iblis atas penciptaan Adam dan tipu daya Iblis dan peringatan Alllah(7/11-27)
- Etika masuk Masjid(7/31)

-Kesudahan orang kafir di neraka dan siksaannya akibat kudustaan dan kesombongannya(7/36-41)

-kesudahan orang beriman dI surga dan kenikmatannya dan percakapan antara para penghuni surga dan neraka( 7/42-50)



-etika berdo’a (7/55)

-cerita da’wah Nabi Nuh (7/59-64)

-cerita nabi Hud dan kaum Ad (7/65-72

-cerita nabi Soleh dan kaum samud(7/79)

-cerita Nabi Luth dan kaumnya (7/80-83)

- cerita nabi Syu’aib dan penduduk madyan (7/84-93)


Pendalaman:

Masalah halal dan haram, tradisi dan kepercayaan, asal manusia, tantangan da’I sebagi penyeru da’wah dll.

Senin, 22 November 2010

JUZ 7

MAJELIS AL-QUR’AN

“menjadikan Al-Qur’an mengalir seperti air"

Bersama DR. KH. Ali Akhmadi, Lc.MA, Al-Hafizh


Ahad, 21 Nov 2010 di Masjid Al-Iman Komp. Cipinang Elok, Jl Cipinang Jaya II. Jatinegara, Jak-Tim.



Juz 7
Pengenalan:
Adalah juz yang permulaannya jatuh pada ayat yang ke 82 & 83 dari surat Al-Maidah(ayatnya berjumlah 120 ayat), Latajidanna asyaddannaasi ‘Adaawata….. dan Waidzaa sami’uu maa unzila ilarrasuli taroo a'yunahum..." dan di akhiri dengan ayat yang ke 110 dari surat Al-An’am (ayatnya berjumlah 165 ayat)yang berbunyi "wanuqallibu af’idatahum wa’abshoorahum kamaa lam yu’minuu bihi...Surat Al-maidah termasuk surat madaniyyah dan Surat Al-An’am termasuk surat Makiyyah


Kandungan juz 7 di antaranya:
- Para pendeta nasranipun mengakui kebenaran alqur’an dan beriman kepada alqur’an (5/82-85...)
- Larangan mengharamkan apa yang telah Allah halalkan dan mengkonsumsi rezki yang halal dan baik (5/87-88)
- denda melanggar sumpah(kafarat) sumpah yang disengaja (5/89)
- Macam-macam perbuatan keji /syetan yang harus di jauhi dan kewajiban taat pada Allah dan rasul(5/90-92)
- hukum membunuh hewan buruan ketika sedang haji/umroh dan halalnya binatang laut 5/95-97)
- peringatan untk orang beriman jngn banyak bertanya yang bisa menyebabkan menjadi kafir (5/101-102)
- Menjauhi tradisi kepercayaan jahiliyah/nenek moyang (5/103-104)
- syari’at berwasiat ketika menghadapi kematian (5/106-108)
- peringatan Allah kepada Isa Bin Maryam akan nikmat Allah,pengikut isa yang setia minta hidangan dr langit dan di kabulkan Allah,dan penjelasan Isa Bin maryam tentang kemurnian tauhid yang didituduhkan padanya. (5/110-120)
- Segala puji atas atas Rahmat Allah yang menciptakan alam semesta, manusia dan kebenaran Al-qur’an (6/1-6)
- beragam bentuk pernyataan/olok-olok orang kafir terhdp kenabian Muhammad Saw dan dialog argumentatif beliau serta kesudahan orang kafir diakhirat (6/ 7-31)
- Allah menghibur nabi Muhammad atas perlakuan orang kafir (6/33-36)
- segala sesuatu sudah ada dalam al-Qur’an (6/38)
- Allah menyamakan orang yang mendustakan Ayat-ayat Allah adalah orang tuli,bisu dan dalam kegelapan (6/39)
- Allah mengajarkan kpd Muhammad bagaimana berbicara dan berdialog dngn orang-orang kafir tentang Tauhid dan kebenaran al-qur’an (6/46,47,50,56,57,5864,71)




- Tidak ada seorangpun yang tahu masalah yang gaib kecuali Allah dan maha mengetahui segala sesuatu(6 /59)
- Pengembaraan Nabi Ibrahim mencari tuhan (6/74-82)

-Nabi-nabi yang diberikan kitab,hikmah dan kenabian seperti Ishaq,ya’qub,Daud,Sulaiman dll(6/83-90)

-Allah tuhan kita yang disembah yang tidak bisa dijangkau dengan panca indera(6/102-103)

-larangan memaki sesembahan selain Allah karena mrk nanti akan memaki Allah(6/108)

-Orang musyrik yang bersumpah akan beriman jika mereka sudah melihat mu’jizat (6/109-110)


Pendalaman:

masalah sumpah, tentang nabi Isa , konsep tauhid dan ketuhanan dll

Senin, 15 November 2010

Juz 1

Juz 1
Pengenalan:
- Di mulai dengan “alif lam mim”
- Terdiri dari 141 ayat
- Bagian dari surat Al Baqarah yang terdiri dari 286 ayat.
- Ayat-ayat pada juz ini adalah Madaniyyah karena surat Al Baqarah tergolong surat Madaniyyah artinya turun di Madinah.
- Surat al Baqarah sebahagian besar ayatnya diturunkan pada permulaan tahun Hijrah, kecuali ayat 281 diturunkan di Mina pada Hajji wadaa' (hajji Nabi Muhammad s.a.w. yang terakhir).
- Merupakan surat yang terpanjang di antara surat-surat Al Quran yang di dalamnya terdapat pula ayat yang terpancang (ayat 282).
- Di sebut Al Baqarah karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil (ayat 67 sampai dengan 74), dimana dijelaskan watak orang Yahudi pada umumnya. Dinamai Fusthaatul-Quran (puncak Al Quran) karena memuat beberapa hukum yang tidak disebutkan dalam surat yang lain. Dinamai juga surat alif-laam-miim karena surat ini dimulai dengan Alif-laam-miim.

Pokok-pokok isinya:

Di antaranya,
- Tentang golongan manusia 1-20
- Allah dapat membuat perumpamaan dengan apa saja 26..
- Penciptaan Adam dan godaan iblis 30-39
- Prilaku dan hukum bagi bani israil 40-141 dalam juz ini, di dalamnya ada:
o Perintah mengerjakan shalat 43
o Larangan mencampur adukkan kebenaran dengan kebatilan 42
o Larangan menjual ayat-ayat Allah dengan harga dunia yang murah 41
o Anjuran agar memohon pertolongan dengan sabar dan solat 45
- Musa dengan kaumnya 49-61
- Kisah penyembelihan sapi 67-74
- Perlakuan mereka terhadap kitab dan firman Allah 75-7
- Isi Taurat dan sikap mereka 83-86
- Kesombongan terhadap para nabi mereka dan dakwah serta mu’jizat/kitab 87-101
- Sikir adalah kebiasaan mereka 102
- Larangan mengikuti gaya dan cara mereka 104-105
- Ibrahim, Ismail dan ka’bah 124-134
- Iman dan Islam yang benar tidak boleh membeda-bedakan para nabi 135-141
Pendalaman:
- Kisah Ibrahim
- Ayat 62
- Ayat 120, dan kaitannya dengan kehidupan kontemporer

Khotbah Ied Qurban 1431H

KHUTBAH IDHUL ADHA 1431 H
“HIKMAH DIBALIK BENCANA DAN SEBAB PERTOLONGAN ALLAH “
Dr. KH. ALI AKHMADI, MA, AL-HAFIZH

الله أكبرالله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر
اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Jamaah Shalat Idul Adha Yang Dimuliakan Allah.
Hari ini, tanggal 10 Dzulhijjah 1431 H, hari bersejarah bagi umat muslim di muka bumi ini. Puji syukur kehadirat Allah SWT. Dia-lah yang telah memberikan ampunan kepada setiap pelaku dosa. Dan Allah pula yang telah melipat-gandakan pahala bagi para pelaku kebajikan. Dia melimpahkan berbagai kebaikan dan kenikmatan kepada segenap makhluk-Nya sehingga pada pagi hari yang indah ini kita dapat berkumpul di tempat yang mulia ini dalam rangka menunaikan sebagian dari perintahNya, yaitu solat hari raya dan memotong hewan qurban.
Hari ini, jutaan umat muslim yang datang dari seantero dunia telah memenuhi panggilan Allah sedang menyelesaikan pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci, wukuf di padang Arafah “haji adalah wukuf di padang Arafah”. Semua ini karena nikmat terbesar yang diberikan Allah swt kepada kita, yakni nikmat iman dan ketakwaan.
Shalawat beriring salam semoga selalu tercurah kepada khatamul anbiya’, imamul mursalin, shahibul maqaamil Mahmud, Nabi Muhammad saw, beserta keluarga, sahabat dan para pengikut setia serta para penerus dakwahnya hingga hari kiamat nanti.

Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Kaum Muslimin Yang Dimuliakan Allah.
Hari ini, lebih dari duaratus ribu saudara kita sebangsa bersama sekitar 3 juta umat muslim dari seantero dunia tengah menunaikan ibadah haji. Kita turut berdoa semoga mereka dapat melaksanakan ibadah haji dengan sebaik-baiknya menjadi haji yang mabrur, sehingga sepulang mereka ke tanah air kita tercinta mampu memberi pengaruh positif dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa yang tengah dilanda musibah dan bencana.
Hari ini, ditengah-tengah perayaan Idul Adha tahun ini, kita turut prihatin dan turut berbela sungkawa atas musibah dan bencana tiada henti-hentinya menyambangi kehidupan negeri tercinta ini. Banjir bandang dan tanah lonsor di ranah Papua, gempa bumi disertai tsunami di Kepalauan Mentawai, dan gunung Merapi yang tengah menebarkan ancaman berupa awan panas dan laharnya ke daerah Yogjakarta dan sekitarnya masih menyisakan tangis pilu dan duka lara. Disamping bencana alam tersebut, masih banyak lagi masalah-masalah sosial yang terus-menerus mendera negeri ini, korupsi yang tiada pernah terhenti, pelecehan seksual yang terus-menerus terjadi, kolusi yang telah menjadi budaya anak negeri, manipulasi anggaran masih menjadi trend yang terus lestari, sementara itu, di setiap sudut kota dan desa, bayi-bayi menangis kekurangan gizi, orang-orang jompo mengais tumpukan sampah demi untuk sesuap nasi, anak-anak kecil berkeliaran menjajakan suara paraunya demi untuk menyambung hidup hari ini, dan masih banyak lagi persoalan lain yang tiada pernah kunjung selesai sebab masih begitu banyak pemimpin negeri yang telah lupa akan janji kepada rakyat yang telah mendudukan mereka diatas kursi.

Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Kaum Muslimin Yang Dimuliakan Allah.
Segala musibah dan bencana yang terjadi di negeri ini tentunya tidak datang tanpa sebab dan tiba-tiba. Sebagai seorang muslim seharusnya kita menyadari sudah sejauh mana perbuatan kita telah menyimpang dari aturan yang telah ditetapkan Allah SWT.
‘Abdullah bin ‘Umar radhiallahu’anhu berkata, bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Hai orang-orang Muhajirin; lima perkara, jika kamu ditimpa lima perkara ini, aku mohon perlindungan kepada Allah agar kamu tidak mendapatkannya:
1. Tidaklah muncul perbuatan keji (seperti: bakhil, zina, minum khomr, judi, merampok dan lainnya) pada suatu masyarakat, sehingga mereka melakukannya dengan terang-terangan, kecuali akan tersebar penyakit-penyakit lainnya yang tidak ada pada orang-orang sebelum mereka.
2. Orang-orang tidak menahan zakat hartanya, kecuali hujan dari langit juga akan ditahan dari mereka. Seandainya bukan karena hewan-hewan, manusia tidak akan diberi hujan.
3. Tidaklah orang-orang mengurangi takaran dan timbangan, kecuali mereka akan disiksa dengan kezholiman pemerintah, kehidupan yang susah, dan paceklik.
4. Dan selama pemimpin-pemimpin (negara, masyarakat) tidak menghukumi dengan kitab Allah. Dan memilih-milih sebagian apa yang Allah turunkan, kecuali Allah menjadikan permusuhan yang keras di antara mereka.”

Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Kaum Muslimin Yang Dimuliakan Allah.
Marilah kita bangkitkan semangat bersama saudara-saudara kita yang kini tengah terpuruk dalam kesusahan dan penderitaan. Kita harus tunjukkan solidaritas kemanusiaan, kita tunjukkan dan buktikan bahwa mereka tidak sendirian menghadapi musibah dan bencana ini.
Marilah kita bersama berikan motivasi kepada diri kita dan saudara-saudara kita tersebut bahwa dibalik musibah dan bencana ini, ada hikmah dan pesan dari musibah yang terjadi sehingga kita dapat mengambil pelajaran dan lebih mendekatkan diri kepada Allah ta’ala dengan ikhlash dan ittiba kepada Rasulullah saw.
Ibnu Mas’ud radhiallahu’anhu berkata:
السَّعِيْدُ مَنِ اتَّعَظَ بِغَيْرِهِ , وَالسَقِيِّ مَنِ اتَّعَظَ بِنَفْسِهِ
“Orang yang berbahagia adalah orang yang mengambil pelajaran dengan orang lain. Dan orang yang celaka adalah orang yang mengambil pelajaran dengan dirinya.”
Adapun hikmah dan pelajaran yang dapat kita petik dari berbagai musibah dan bencana diantaranya;
Pertama, sebagai ujian keimanan seorang hamba.
Bagi kita umat muslim apapun musibah dan bencana yang menimpa diri kita dan keluarga kita adalah ujian sebagai jalan atau cara Allah untuk meningkatkan kualitas keimanan kita sebagai seorang hamba yang harus menerima apapun ketentuan Allah dengan ikhlas dan penuh kesabaran.
Firman Allah :
         •                          
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun". Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk..” ( QS. Al Baqarah 2 : 155 – 157 )
Dari Shuhaib radhiyaullohu anhu dia berkata : telah bersabda Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam : “sungguh menakjubkan urusan orang mu’min itu, sesungguhnya semua urusannya merupakan kebaikan, dan hal ini tidak akan terjadi kecuali bagi seorang mukmin. Jika dia mendapatkan kegembiraan maka dia bersyukur dan itu merupakan kebaikan baginya dan jika ia mendapatkan kesusahan maka dia bersabar dan ini merupakan kebaikan baginya.” ( HR. Muslim )

Kedua, sarana introspeksi diri
Apapun musibah dan bencana yang menimpa seorang muslim hendaklah menjadi sarana introspeksi diri dan bukan sebagai bahan penyesalan tanpa berkesudahan, berkeluh kesah sehingga harus berputus asa dari rahmat Allah ta’ala. Haruslah kejadian tersebut tidak lantas membuat seorang muslim lalai dan berpaling dari nikmat Allah. Maka sudah sewajibnya kita memperbanyak istighfar, dzikir yang syar’I, dan memperbanyak bertobat. Semoga Alloh ta’ala mengganti musibah tersebut dengan kemudahan, kebaikan, keberkaha.
Firman Allah ;
          
Dan apa musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (QS. Asy-Syura: 30)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan : Rasululloh shallalahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda: “barangsiapa yang dikehendaki Alloh kebaikan pada dirinya, maka Dia akan memberikan cobaan kepadanya” (HR. Bukhari)

Ketiga, meninggikan derajat dan mengurangi dosa seorang mukmin
Seorang mukmin bukanlah makhluk tanpa salah dan dosa. Kadang tanpa dia sadari, dirinya telah berbuat kesalahan yang menyebabkan dirinya berliput dosa. Oleh sebab itu, Allah memberikan musibah kepada orang mukmin sebagai konsekwensi atas dosa dan maksiat yang telah dilakukannya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata : Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda : “sesungguhnya seseorang benar-benar memiliki kedudukan di sisi Allah, namun tidak ada satu amal yang bisa menghantarkannya kesana. Maka Alloh ta’ala senantiasa mengujinya dengan sesuatu yang tidak disukainya sehingga dia bisa sampai pada kedudukan yang dikehendaki oleh Allah ta’ala.”
Dari Al-Aswad rahimahullah, dia berkata : beberapa pemuda Quraisy menemui Aisyah radhiyallahu ‘anha sambil tertawa. Maka ‘Aisyah berkata, “apa yang menyebabkanmu tertawa?” mereka mengatakan “si fulan jatuh dari tenda yang menyebabkan leher atau kedua matanya hampir celaka (patah atau buta, pen).” Kata ‘Aisyah : “janganlah kamu mentertawakannya karena sesungguhnya aku pernah mendengar Rasululloh shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “tidaklah seorang muslim tertusuk duri atau lebih dari itu melainkan ditulis baginya dengan sebab itu satu derajat dan dihapuskan pula satu kesalahan darinya “ ( HR. Muslim ).

Keempat, ladang amal shalih
Hari ini, Allah telah membukakan ladang untuk beramal shalih bagi kita atas bencana dan musibah yang sekarang ini tengah mendera saudara-saudara kita di berbagai tempat di negeri ini. Kesempatan terbuka lebar bagi kita untuk menunjukkan solidaritas persaudaraan antar sesama. Bahwa kita adalah umat yang satu, setiap kita adalah anak cucu Adam, meski kita berbeda ras dan suku bangsa.
Sesungguhnya Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu, mengabarkan bahwasanya Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam, bersabda : “orang muslim itu adalah saudara bagi muslim lainnya, ia tidak akan menzhalimi dan menyerahkannya pada musuh. Barangsiapa berada dalam kebutuhan saudaranya yang muslim maka Alloh akan memenuhi hajatnya. Dan barangsiapa yang menghilangkan satu kesulitan saudaranya yang muslim maka Alloh akan hilangkan satu kesulitan di hari kiamat. Dan barangsiapa yang menutup aib seorang muslim maka Alloh akan menutup aibnya di hari kiamat “ (HR. Muttafaq ‘alaihi )
Inilah hikmah dan pesan dibalik musibah yang dapat kita ambil sebagai pelajaran. Semakin besar musibah yang menimpa kita, jika kita sikapi dengan penuh keikhlasan dan benar maka Allah akan memberikan balasan kebaikan bagi kita.
Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “ Sesungguhnya besarnya pahala itu tergantung besarnya ujian. Dan sesungguhnya jika Alloh mencintai suatu kaum, maka Dia akan menguji mereka. Barangsiapa yang ridho, maka baginya keridhoan Alloh itu dan barangsiapa yang murka (mencaci dan tidak ridho dalam menghadapi ujian) maka baginya kemurkaan Allah“ ( HR. Tirmidzi).

Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Kaum Muslimin Yang Dimuliakan Allah.
Idul Adha hari ini harus menjadi sebuah moment penting untuk dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari pelaksanaan ibadah haji dan kisah perjuangan Nabi Ibrahim as dan keluarganya. Setidaknya, ada lima pondasi agar kita bisa mengatasi permasalahan bangsa Indonesia ini, sehingga kita dapat membangun kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik pada masa-masa mendatang.
Pertama, Pondasi Aqidah yang lurus kepada Allah SWT.
Nabi Ibrahim as adalah seorang khalilullah (kekasih Allah) yang memiliki aqidah yang terpatri kuat dalam jiwanya. Hal ini telah dia dibuktikan dengan kokohnya tauhid meski dibakar diatas bara api, kepatuhannya atas perintah Allah untuk melakukan khitan dalam usia yang telah dewasa, kerelaannya untuk menyembelih putranya, Ismail yang sangat dikasihinya dan kerelaanya berlepas diri dari siapa pun dari kemusyrikan, termasuk orang tuanya, Azar sang pembuat patung yang tidak mau bertauhid kepada Allah swt sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:
                                    •          ¬       
“Sesungguhnya Telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan Dia; ketika mereka Berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan Telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja.” (QS Al Mumtahanah :4).
Aqidah yang lurus adalah pondasi pertama yang kita pegang teguh sebab aqidah yang lurus akan membuat seorang mukmin memiliki prinsip yang kuat dalam setiap keadaan, dia tidak lupa diri pada saat berliput kesenangan dunia, harta yang berlimpah, jabatan yang tinggi, popularitas yang luas, pengikut yang banyak maupun kekuatan jasmani dan ia pun tidak putus asa pada saat mengalami penderitaan, baik karena sakit yang tiada kunjung sembuh, bencana alam yang mendera, kekurangan harta benda maupun berbagai ancaman yang tidak menyenangkan, inilah yang membuatnya menjadi manusia yang mengagumkan.

Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Kaum Muslimin Yang Dimuliakan Allah.
Kedua, Pondasi akhlaqul karimah (berperilaku yang baik) kepada sesama.
Pelaksanaan ibadah haji adalah momen ibadah yang suci. Setiap umat muslim yang diberikan kemuliaan untuk memenuhi panggilan Allah ke rumah-Nya yang suci harus menjaga tingkah laku dan akhlaknya serta etika antar sesama jama’ah haji meski berbeda ras, suku, dan bangsa. Tidak diperbolehkan baginya untuk berbuat fasik dan saling berbantah-bantahan. Allah swt berfirman:
الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَّعْلُومَاتٌ ۚ فَمَن فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِي الْحَجِّ ۗ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللَّهُ ۗ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ ۚ وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ
“(Musim haji) adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh mengerjakan rafats (perkataan maupun perbuatan yang bersifat seksual), berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Dan berbekallah kamu, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa, dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.” (QS. Al Baqarah: 197)
Akhlak mulia juga tercermin dari jawaban Ismail as yang meskipun begitu siap untuk melaksanakan perintah Allah swt berupa penyembelihan dirinya, namun ia tidak mengklaim dirinya sebagai orang yang paling baik atau paling sabar, tapi ia merasa hanyalah bagian dari orang-orang yang sabar karena generasi terdahulu juga sudah banyak yang sabar, Allah swt menceritakan masalah ini dalam firman-Nya:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِن شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku Sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi bahwa Aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.(QS Ash Shaffat :102).
Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Jamaah Shalat Idul Adha Yang Dimuliakan Allah.
Ketiga, Pondasi ilmu Pengetahuan.
Barangsiapa yang menginginkan kebahagian dunia dan akherat haruslah memiliki ilmu dan pengetahuan. Tingginya ilmu pengetahuan seseorang bukan karena banyaknya gelar yang disandang, akan tetapi besarnya manfaat ilmu yang dimilikinya untuk kemaslahatan umat. Generasi Ibrahim adalah generasi yang cinta akan ilmu, karena itu mereka mencarinya, di manapun ilmu itu berada, tanpa ada perasaan puas dalam mendapatkannya, bahkan ilmu yang didapatnya menyatu ke dalam jiwa, sikap dan tingkah laku, sehingga dengan ilmu yang mereka miliki telah menorehkan sejarah yang dikenang sepanjang masa. Allah swt berfirman:
وَاذْكُرْ عِبَادَنَا إِبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ أُولِي الْأَيْدِي وَالْأَبْصَارِ
Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishaq dan Ya’qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang Tinggi (QS. Shad : 45).
Apapun yang kita lakukan haruslah dengan ilmu. Baik yang berkenaan dengan kegiatan keduniawian maupun yang berkaitan dengan ibadah kita kepada Allah. Allah SWT berfirman:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”. (QS Al Isra :36).
Menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban yang dibebankan kepada setiap umat muslim dari semenjak buaian sampai ke liang lahat. Tidak ada orang yang paling pintar di muka bumi ini, diatas orang yang berilmu masih ada yang lebih memiliki pengetahuan, firman Allah :
     
“…dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi yang Maha Mengetahui”. (QS. Yusuf; 76)
Allahu Akbar 3X Walillahil Hamdu.
Ma’asyiral Muslimin Jama’ah Shalat Idul Adha Yang Dimuliakan oleh Allah.
Keempat, Pondasi ukhuwah dan kebersamaan.
Pelaksanaan ibadah haji adalah gambaran persatuan umat muslim seluruh dunia. Mereka saling mengenal, saling bertegur sapa, saling mendoakan tanpa membedakan ras, suku bangsa, pangkat dan derajat. Maka dari itu, bila semangat ukhuwah Islamiyah ini mampu kita aplikasikan dalam kehidupan kita sehari-hari, maka niscaya akan menjadikan umat Islam ini berwibawa. Setiap muslim adalah bersaudara, tiada masalah yang tidak dapat diselesaikan. Sikap Ananiyyah (egoisme) harus kita buang sejauh-jauhnya, dan ketakwaan harus menjadi dasar setiap kali ingin memecahkan persoalan umat demi terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam konteks kehidupan kita sekarang, mungkin saja kita berbeda-beda suku dan bangsa, organisasi sosial dan politik, bahkan dalam kelompok-kelompok aliran atau pemahaman keagamaan, tapi semua itu seharusnya tidak membuat kita menjadi begitu fanatik lalu merasa benar sendiri dan menganggap kelompok lain sebagai kelompok yang salah. Harus kita ingat bahwa ukhuwah merupakan bukti keimanan dan bila ini belum kita wujudkan pertanda lemahnya keimanan yang kita miliki, Allah swt berfirman:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan bertaqwalah Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS. Al Hujurat :10).

Kelima, Pondasi ekonomi keumatan
Tatkala Ibrahim as meninggalkan Isma’il dan ibunya, dia seraya mengangkat tangannya berdoa kepada Allah supaya mereka diberikan kemudahan rizki yang baik dan halal. Allah berfirman :
¬    ¬        ¬      ••     •   
“Ya Tuhan kami, Sesungguhnya Aku Telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, Maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, Mudah-mudahan mereka bersyukur”. (QS. Ibrahim ; 37)
Nabi Ibrahim as telah mentarbiyah keluarganya untuk berusaha mencari rizki yang halal, bukan menghalalkan segala cara. Kesulitan hidup tidak bisa dijadikan alasan untuk menghalalkan segala cara dalam mencari harta, apalagi kita memang tidak sesulit generasi terdahulu dalam memperoleh rizki. Keyakinan bahwa Allah punya maksud baik dan rizki di tangan-Nya membuat manusia seharusnya mau berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Siti Hajar berusaha mencari rizki yang dalam rangkaian ibadah haji disebut dengan sa’i. Oleh karena itu Allah swt senang kepada siapa saja yang berusaha secara halal meskipun harus dengan susah payah, Rasulullah saw bersabda:
إنَّ للهَ تَعَالىَ يُحِبُّ أَنْ يَرَى تَعِبًا فىِ طَلَبِ الْحَلاَلِ
“Sesungguhnya Allah cinta (senang) melihat hambanya lelah dalam mencari yang halal” (HR. Ad Dailami).
Keberkahan hidup berasal dari rizki yang halal. Usaha yang halal meskipun sedikit yang diperoleh dan berat memperolehnya merupakan sesuatu yang lebih baik daripada banyak dan mudah mendapatkannya, tapi cara memperolehnya adalah dengan cara-cara yang tidak halal, seperti korupsi, manipulasi dan monopoli justru akan menjatuhkan derajat dihadapan manusia dan Allah. Seseorang yang membawa tambang lalu pergi mencari dan mengumpulkan kayu bakar, lantas dibawanya ke pasar untuk dijual dan uangnya digunakan untuk mencukupi kebutuhan dan nafkah dirinya dan keluarganya adalah lebih baik dan terhormat daripada seorang yang meminta minta kepada orang-orang yang terkadang diberi dan kadang ditolak.

Allahu Akbar 3X Walillahil Hamdu.
Ma’asyiral Muslimin Jama’ah Shalat Idul Adha Yang Dimuliakan oleh Allah.
Allah telah menjadikan kemenangan memiliki berbagai sebab dan bagi kekalahan pun memiliki berbagai sebab. Maka wajib bagi kaum mukminin untuk berpegang teguh dengan perintah Allah serta agar mereka menjaga hak Allah dan hak hamba-hamba-Nya. Dan hendaknya mereka juga menjauhi berbagai maksiat yang merupakan sebab tidak datangnya pertolongan (Allah).
         
"Hai orang orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (QS. Muhammad : 7).
Bentuk pertolongan kaum mukminin kepada Allah yaitu dengan mengikuti syariat-Nya, menolong agama Nya serta melaksanakan hak-hak Nya. Namun, bukan berarti Allah membutuhkan hamba-Nya. Bahkan, justru merekalah yang membutuhkan Allah, sebagaimana Allah berfirman :
  ••                       
"Hai manusia, kamulah yang berkehendak (membutuhkan) kepada Allah, dan Allah Dia lah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji. Jika Dia menghendaki, niscaya Dia memusnahkan kamu dan mendatangkan makhluk yang baru (untuk menggantikanmu). Dan yang demikian itu sekali kali tidak sulit bagi Allah." (QS. Faathir : 15 - 17).

Ibnu 'Abbas radhiyallahu'anhu berkata, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam telah bersabda;
"Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah niscaya engkau akan dapati Allah berada di hadapanmu." (HR. Tirmidzi).
Maka barangsiapa menjaga Allah dengan menjaga agama-Nya, istiqamah di atas agama-Nya, saling menasehati dalam menetapi kebenaran, senantiasa bersabar dan berbaik sangka kepada Allah atas segala musibah yang menimpanya, tidak mudah berputus asa untuk senantiasa mencari keridhaan Allah, dan bertawakal kepada Allah setelah berusaha dan beriktiar dengan segenap daya dan upaya yang dimilikinya niscaya Allah akan menolong mereka, mengokohkan mereka atas musuh musuh mereka, menjaga mereka dari tipu daya (makar) musuh-musuh mereka, menaikkan derajat ketakwaan mereka dan memasukkan mereka ke dalam golongan orang-orang yang kelak mendapatkan surga dan kekal di dalamnya.
Setiap orang tidak akan lepas dari permasalahan. Dan ketika kita mendapat masalah, tentu kita sangat berharap adanya pertolongan Allah. Pertolongan Allah dapat turun bila kita menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya atau dengan kata lain bertakwa kepada Allah.
Firman Allah :
  ¬       
"……Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya." (QS. Ath Thalaq : 4).
Demikian khutbah idul adha kali ini, semoga Allah SWT melunakkan hati kita untuk menerima hidayah dan syariahnya, melunakkan hati kita untuk lebih peduli kepada sesama. Marilah kita tengadahkan tangan, kita tundukkan hati, kita memohon kepada Allah SWT.
الحمد لله رب العالمين، وصلى الله على سيدنا محمد، وآله وصحبه وسلم تسليما كثيرا
اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات واصلح ذات بينهم وألف بين قلوبهم واجعل قلوبهم على قلوب خيارهم

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آَمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
اللهم انصر جيوش المسلمين وعساكر الموحدين ودمر أعداءك أعداء الدين وأعل كلمتك إلي يوم الدين اللهم انصر دعاتنا وعلمائنا المظلومين تحت وطأة الظالمين وفتنة الفاسقين وحقد الحاقدين وبغض الحاسدين وخيانة المنافقين

اللَّهُمَّ أَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ لَنَا وَمَا بَطَنَ، اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُلُوبِنَا وَأَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا، إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعْمَتِكَ، مُثْنِينَ بِهَا قَائِلِيهَا، وَأَتِمَّهَا عَلَيْنَا

اللهم بارك لنا في صاعنا ومدنا وقليلنا وكثيرنا واجعل لنا مع البركة بركتين

اَللَّهُمَّ اجْعَلْ حجهم حَجًّا مَبْرُوْرًا وَسَعْيًهم سعيا مَشْكُوْرً وَذَنْبًهم ذنبا مَغْفُوْرًا وتجارتهم َتِجَارَةً لَنْ تَبُوْرًا
اللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا تَحُولُ بِهِ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ ، وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ ، وَمِنَ الْيَقِينِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مُصِيبَاتِ الدُّنْيَا ، وَمَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا ، وَأَبْصَارِنَا ، وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا ، وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا ، وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا ، وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا ، وَلا تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِي دِينِنَا ، وَلا تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا ، وَلا مَبْلَغَ عِلْمِنَا ، وَلا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لا يَرْحَمُنَا

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْتَعِينُكَ ، وَنَسْتَغْفِرُكَ ، وَنُثْنِي عَلَيْكَ الْخَيْرَ وَلا نَكْفُرُكَ ، وَنَخْلَعُ وَنَتْرُكُ مَنْ يَفْجُرُكَ ، اللَّهُمَّ إِيَّاكَ نَعْبُدُ ، وَلَكَ نُصَلِّي وَنَسْجُدُ ، وَإِلَيْكَ نَسْعَى وَنَخْفِدُ ، وَنَرْجُو رَحْمَتَكَ ، وَنَخْشَى عَذَابَكَ ، إِنَّ عَذَابَكَ بِالْكُفَّارِ مُلْحِقٌ

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

رَبَّنَا آَتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وصل اللهم علي خير خلقك وأفضل نبيك محمد وعلي آله وصحبه وسلم تسليما والحمد لله رب العالمين
Selamat merayakan idul adha 1431 Hijriyah. Taqabbalallahu minna waminkum.

Senin, 18 Oktober 2010

Juz 19

...di dalamnya ada sebagian al Furqon (pembeda), surat as Syu'ara (para penyair), ada sebagian surat an-Naml (semut).
di antara yang dapat di angkat dari surat al Furqan adalah:
- aktivitas dan karya besar tanpa di bangun di atas pondasi keimanan manfaatnya akan berhenti pada akhir kehidupan di dunianya.
- pentingnya mendalami dan mnsosialisasikan karakter dan sifat mereka yang akan mendapatkan surga.
Sedang dari surat as Syua'ra adalah:
- pentingnya belajar ilmu sosial dan sejarah, arena isi surat ini banyak mengungkapkan sejarah, Musa dengan Fir'aun, Ibrahim, Luth, Nuh, Syu'aib dan di akhiri dengan Muhammad dengan al Qur'annya.
- cara berkomunikasi yang produktif serta berdakwah yang indah.
surat an Naml adalah:
- kisah sulaiman dan kemewahan yang tidak menyesatkan

Kamis, 14 Oktober 2010

Juz 2

Juz 2
Bagian dari surat al-Baqarah. Juz ini di mulai dari firman Allah سيقول السفهاء من الناس ما ولهم عن قبلتهم..... ayat 142, dan di akhiri dengan firman Allah تلك ايات الله نتلوها عليك بالحق وانك لمن المرسلين. Ayat 252 dari surat tersebut. Sebagaimana yang sudah diketahui bahwa surat al-Baqarah masuk golongan surat-surat Madaniyyah terdiri dari 286 ayat. Maka juz 2 ini semuanya masuk dalam surat ini pula, tergambar pula bagi kita akan isi juz ini yaitu umumnya tentang hokum-hukum.
Pokok-pokok isinya:
Di antara pokok isinya adalah

1. Keimanan:
- ke Esaan Allah 163.

2. Hukum-hukum:

- perubahan arah qiblat dari Baitil Maqdis Palestina ke Masjidil Haram di Makkah 142-
- Hukum orang yang terbunuh karena berjuang di jalan Allah 154.
- Cobaan dan musibah 155.
- Halal dan haram 168, 172
- Orang yang menyembunyikan kebeneran al Qur’an 159, 174
- Hukum qisas 178, 194
- Hukum puasa 183
- Hukum haji dan umrah 196
- Hal-hal yang halal dan yang haram 172-173
- Bernafkah di jalan Allah 195
- Hukum arak dan judi 219.
- Cara menyantuni anak yatim 220,
- Nafkah dan yang berhak menerimanya 215
- Hukum menjaga salat dan salat wustha 238
- Wasiyat kepada dua orang ibu-bapa dan kaum kerabat 180
- Hukum sumpah 225
- Hukum orang murtad meninggal belum betaubat 217
- Hukum haidh 222, 'iddah 228, thalak 229, khulu’ 229, ilaa' 226 dan hukum susuan 233; hukum melamar 235, mahar 236-237, larangan mengawini wanita musyrik dan sebaliknya 221; hukum perang 216.
- Hukum keseimbangan 251

3. Kisah-kisah:
- Kisah Talut dan Jalut 247
4. Dan lain-lain:
Tentang golongan manusia 204-
Pesan komprehensif dari ayat 177.
Pondasi kehidupan terdiri dari:
- Pondasi keimanan (rukun Iman) seperti iman kepada Allah..
- Pondasi social ( kepedulian social) seperti member bantuan..
- Pondasi ibadah (rukun Islam) seperti menegakkan salat …
- Pondasi akhlak (etika komunikasi), seperti tepat janji …
- Pondasi ruhaniyyah separti sabar dalam segala bentuk kesusahan..

Minggu, 26 September 2010

جنات

Macam-macam surga dalam Al-Qur'an
1]. Syurga Firdaus

Syurga Firdaus diperuntukkan bagi :

a.Peshalat yang khusyu’

b.Orang-orang yang produktif dalam beramal sholeh (jauh dari al-laghwu)

c.Orang-orang yang komitmen berzakat.

d.Orang-orang yang menjaga kemaluannya

e.Orang-orang yang konsisten dengan shalat.

f.Orang-orang yang komitmen dengan amanah dan janji.

“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. Dan orang-orang yang memelihara shalatnya. Mereka itulah yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi Syurga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya ” (Q.S. Al Mu’minun [23] : 1-11)

2]. Syurga Ma’wa

Syurga Ma’wa diperuntukkan bagi :

a.Orang-orang yang senantiasa berdzikir.

b.Orang-orang yang bersifat tawadhu’

c.Orang-orang yang komitmen untuk shalat malam.

Orang-orang yang komitmen dalam beriman beramal shaleh, para dermawan. Jauhilah sifat sombong (At Takabur). Dua komponen utama sifat sombong : meremehkan orang lain dan menolak kebenaran.“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami adalah orang yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat (Kami) mereka menyungkur sujud dan bertasbih serta memuji Tuhan-nya, sedang mereka tidak menyombongkan diri. Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdoa kepada Tuhan-nya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. Maka apakah orang yang beriman (sama) seperti orang yang fasik (kafir). Mereka tidak sama. Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal shaleh maka bagi mereja syurga-syurga tempat kediaman sebagai pahala terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S. As-Sajdah [32] : 15-19).

3]. Syurga ‘Adn

Syurga ‘Adn diperuntukkan bagi:

a.Orang-orang yang komitmen dalam beriman dan beramal shaleh.

b.Orang-orang yang rela terhadap ketetapan dan ketentuan Allah SWT.

c.Orang-orang yang memiliki khasyyatullah (perasaan takut kepada Allah).

(yaitu) Syurga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan): "Salamun 'alaikum bima shabartum. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu. (Q.S. Ar-Ra'd [13]: 23-24).

“ Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka adalah Syurga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagii orang yang takut kepada Tuhannya.” (Q.S. Al Bayyinah [98] : 7-8).

4]. Syurga Na’im

Syurga Na’im diperuntukkan bagi: para Al Muqarrabin (Orang-orang yang dekat dengan Allah). Cara mendekat (taqarrub) yang disebutkan Rasul adalah ketika sujud. Maka, perbanyaklah doa pada waktu bersujud.“Adapun jika dia (orang yang mati) termasuk orang yang didekatkan (kepada Allah), maka dia memperoleh ketentraman dan rezeki serta Syurga kenikmatan.” (Q.S. Al-Waqi’ah [56] : 88-89).

5]. Syurga Dar Muqamah

Syurga Dar Muqamah dinikmati oleh orang-orang yang kebaikannya lebih dominant daripada kesalahannya. Tiga tipologi manusia :

a. Kebaikan < kebaikan

b. Kebaikan = kesalahan

c. Kebaikan > kesalahan

“Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri, dan di antara mereka ada yang pertengahan, dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian ini adalah karunia yang amat besar. (Bagi mereka) Syurga ‘Adn, mereka masuk ke dalamnya, di dalamnya mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas, dan dengan mutiara, dan pakaian mereka di dalamnya adalah sutra. Dan mereka berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (Syurga) dari karunia-Nya, di dalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu. (Q.S. Fathir [35] : 32-35).

6]. Syurga Maqam Amin

Syurga Maqam Amin diperuntukkan bagi orang-orang yang bertaqwa. ”Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa berada dalam tempat yang aman, yaitu di dalam taman-taman dan mata air-mata air." (Q.S. Ad-Dukhan [44] : 51-52)

7]. Syurga Darus Salam

Syurga Darus Salam diperuntukkan untuk orang-orang yang melakukan kebaikan “Allah menyeru manusia ke Darus Salam (Syurga) dan menunjuki orang yang dikehendakiNya kepada jalan yang lurus (Islam). Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (Syurga) dan tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak pula kehinaan. Mereka itulah penghuni Syurga, mereka kekal di dalamnya. (Q.S. Yunus [10] : 25-26).

Inilah jalannya para penempuh jalan ke Syurga. Hendaklah kita mempersiapkan diri untuk merealisasikannya dan menerapkannya dalam kehidupan. Ini tidak bisa kita laksanakan, kecuali dengan ilmu yang benar yang bersumber dari kitabullah dan sunah Nabi-Nya dan semoga Allah selalu membimbing kita dalam beribadah dan memasukkan kita ke dalam golongan orang – orang ahli Syurga, Amiin.

Aah,,,,Sungguh sebuah janji yang tak pernah di ingkari oleh Yang Maha Rahman. Apalagi Allah menyingkap tirai-Nya yang mulia, sebagai nikmat teragung bagi hamba-hamba-Nya yang beriman. Inilah yang dirindukan bagi hamba2-Nya sebagai persinggahan terakhir yang abadi nantinya... Semoga kita semua adalah hamba2-Nya tamu-tamu Allah Yang Mulia.

Kemudian dalam Penggambaran tentang Syurga membuat kita rindu kepadanya. Allah berbahasa dengan bahasa standar manusia dalam menggambarkan keindahan Syurga lewat firman-firman-Nya. Semoga kita menjadi bagian dari penghuni Syurga-Nya. Aamiin ya Rabbal'alamiin…

Selasa, 21 September 2010

QS 12; 108 Kesetiaan pendukung da'wah

YANG BERGUGURAN MENCAPAI TUJUAN DA’WAH
di ringkas oleh : Dr. KH. Ali Akhmadi MA
I. PENDAHULUAN
DA’WAH merupakan perjalanan panjang yang penuh dengan duri dan rintangan. Kemenangan da’wah akan diperoleh apabila para anggota-anggotanya komitmen dan teguh dalam menapaki jalan da’wah.

Sudah menjadi sunnatullah bahwa akan ada anggota da’wah yang berjatuhan, baik bentuknya penyelewengan, penyimpangan, pengunduran diri dan sebagainya, sebelum meraih kemenangan. Fenomena ini tidak bisa dihindari, sehingga ada sebagian orang memandang hal ini sebagai suatu fenomena yang wajar / sehat guna memperbaharui sel-sel intinya, dan membebaskan da’wah dari segala hal yang memberatkan dan menghambat pergerakan.

II. FENOMENA YANG BERJATUHAN DI ZAMAN NABI
Pada zaman Rasulullah saw, sudah terjadi fenomena pembelotan para anggota jama’ah untuk melepaskan tanggung jawab ataupun sekedar bermalas-malasan dalam berda’wah. Beberapa peristiwa berjatuhan di jalan da’wah yang sempat terjadi adalah:
a. Kelompok mutakhollifin (orang-orang yang tidak berangkat) pada perang Uhud, diantaranya: Ka’ab bin Malik, Muroroh Ibnu ‘Ar-Rabi’ dan Hilal bin Umayyah. Namun mereka bertiga ini kemudian diterima taubatnya oleh Allah swt, dan penerimaan taubat mereka diabadikan di dalam Al Qur’an dalam surat al Bara-ah, dan karena pertaubatan besar inilah surat ini juga dinamakan surat at-Taubah.
b. Pembocoran rahasia negara oleh Hathib bin Abi Balta’ah. Namun mengingat kebaikan masa lalunya, yaitu keikut sertaannya dalam perang Badar yang merupakan yaumul furqan, Rasulullah saw mengampuni dan tidak menghukumnya.
c. Haditsul Ifki (berita kebohongan besar) terhadap Ummul Mukminin ‘Aisyah ra. Diantara orang-orang yang terlibat dalam penyebaran berita ini, ada tiga sahabat nabi, mereka telah mendapatkan hukuman had, yaitu masing-masing di dera 80 kali, dan setelah itu merekapun bertaubat. Mereka itu adalah: Hassan bin Tsabit, Hamnah binti Jahsy dan Misthah bin Utsatsah.
d. Pengkhianatan Abu Lubabah yang membocorkan rahasia hukum yang akan diterapkan kepada orang-orang Yahudi Bani Quraizhah. Dia telah menyatakan taubat kepada Allah swt dan Rasul-Nya, dan Allah swt-pun telah menerima taubatnya.
e. Peristiwa berdirinya masjid dhirar.

III. SEBAB-SEBAB BERJATUHAN
a. Sebab-sebab yang berhubungan dengan pergerakan
1. Lemahnya segi pendidikan.
2. Tidak menempatkan personal dalam posisi yang tepat.
3. Distribusi penugasan yang tidak merata pada setiap individu.
4. Tidak adanya monitoring personal secara baik.
5. Tidak menyelesaikan berbagai urusan dengan cepat.
6. Konflik intern. Konflik intern ini disebabkan oleh:
- Lemahnya kepemimpinan.
- Adanya tangan tersembunyi dan kekuatan luar yang sengaja menyebar fitnah.
- Perbedaan watak dan kecenderungan individu.
- Persaingan dalam memperebutkan kedudukan.
- Tidak adanya komitmen dan penonjolan tingkah laku individu.
- Kevakuman aktifitas dan produktifitas.

Dalam sejarah, konflik yang pernah terjadi antar ummat Islam adalah pada peristiwa konflik golongan Aus dan Khazraj. Dalangnya (provokatornya) adalah orang-orang Yahudi, yaitu Syammas bin Qais. Atas prakarsa Rasulullah saw maka golongan Aus dan Khazraj bersatu kembali. Hal tersebut terbukti dengan turunnya QS Ali Imran: 100 – 105.
7. Kepemimpinan yang tidak ahli dan qualified. Sebabnya antara lain:
- Kelemahan dalam kemampuan idiologi.
- Kelemahan dalam kemampuan organisatoris.
Oleh karena itu, seorang pemimpin yang diangkat haruslah memiliki syarat:
- Mengenal ds’wah.
- Mengenal diri sendiri.
- Pengayoman yang kontinyu.
- Teladan yang baik.
- Pandangan yang tajam.
- Kemauan yang kuat.
- Kharisma kepribadian yang fitri.
- Optimisme.

b. Sebab-sebab yang berhubungan dengan individu
Yaitu berjatuhannya anggota disebabkan oleh atau bersumber pada pribadi anggota.
Yang termasuk dalam hal ini adalah:
1. Watak yang tidak disiplin, sehingga menyebabkan dia tidak bisa menyesuaikan diri dengan organisasi / jama’ah.
2. Takut terancamnya diri dan periuk nasinya (QS 4 : 120, QS 3 : 175).
Tersebut dalam hadits:
حُفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ، وَحُفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ (رواه أحمد ومسلم والترمذي).
“Syurga dipagari dengan hal-hal yang tidak menyenangkan, dan neraka dikelilingi oleh segala hal yang menyenangkan”. (HR Ahmad, Muslim dan At-Tirmidzi).
3. Sikap ekstrim dan berlebih-lebihan.
Tersebut dalam hadits:

“Hendaklah kamu menjauhi sikap ekstrim dalam agama. Sesungguhnya orang yang sebelum kamu binasa karena ekstrim dalam beragama”. (HR Ahmad dan An-Nasai).
4. Sikap terlalu memudah-mudahkan dan meremehkan.
Tersebut dalam hadits:

“Sesungguhnya kamu melakukan pekerjaan-pekerjaan dosa menurut pandangan mata kamu lebih halus dari rambut. Di masa Rasulullah saw, kami menggolongkan perbuatan itu termasuk al muubiqoot (hal-hal yang menghancurkan)”. (HR Bukhari).
5. Tertipu kondisi gemar menampilkan diri (QS 28 : 83).
6. Kecemburuan terhadap orang lain / kedengkian. (QS 5 : 27 – 30).
7. Bencana senajata / penggunaan kekuatan.
Syarat-syarat penggunaan kekuatan:
- Habis segala usaha dengan jalan lain.
- Urusannya dipegang oleh pimpinan dan jama’ah Islam dan bukan oleh individu.
- Tidak menjurus pada pengrusakan dan bencana.
- Tidak boleh keluar dari ketentuan syara’.
- Penggunaan kekuatan sesuai skala prioritas.
- Penggunaan senjata harus mempunyai persiapan yang matang dan cermat.
- Hati-hati akan pancingan berbagai reaksi.
- Tidak boleh menjerumuskan ummat Islam bila posisi kekuatan tidak seimbang.

c. Tekanan Luar
1. Tekanan dari suatu cobaan (QS 3 : 175).
2. Tekanan keluarga dan kerabat (QS 9 : 24).
3. Tekanan Lingkungan.
4. Tekanan gerakan agitasi (penyebaran kritik dan keragu-raguan).
5. Tekanan figuritas (QS 7 : 12).

Minggu, 19 September 2010

Lari Kepada Allah

ففروا الى الله
...kalian semua pada lari kepada Allah..".
ayat dari surat adz-dzariyat ini, menggambarkan adanya ragam pelarian dalam hidup ini, tapi pelarian yang benar dan harus di bangun adalah pelarian yang kembali kepada Allah. adapun pelarian kepada dunia, hobi, kebiasaan yang tidak baik, hura2 menghabiskan waktu dan tenaga itu semua tidak di benarkan

TAFSIR 1- Ciri Masyarakat Salih dalam Al-Qur'an

Tipikal masyarakat shalih dalam al-qur’an (49/1-13)

Ada beberapa poin yang akan mengisi pembahasan ini, di antaranya:
A. ayat
B. tafsir surah al hujuraat ayatc1-13
C. karasteristic masyarakat shaleh
D. pelajaran pelajaran

A. Ayat


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (1) يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ (2) إِنَّ الَّذِينَ يَغُضُّونَ أَصْوَاتَهُمْ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ أُولَئِكَ الَّذِينَ امْتَحَنَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ لِلتَّقْوَى لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ عَظِيمٌ (3) إِنَّ الَّذِينَ يُنَادُونَكَ مِنْ وَرَاءِ الْحُجُرَاتِ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ (4) لَوْ أَنَّهُمْ صَبَرُوا حَتَّى تَخْرُجَ إِلَيْهِمْ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (5) يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ (6) وَاعْلَمُوا أَنَّ فِيكُمْ رَسُولَ اللَّهِ لَوْ يُطِيعُكُمْ فِي كَثِيرٍ مِنَ الْأَمْرِ لَعَنِتُّمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ أُولَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ (7) فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَنِعْمَةً وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (8) وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا فَإِنْ بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَى فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّى تَفِيءَ إِلَى أَمْرِ اللَّهِ فَإِنْ فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ (9) إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ (10) يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ (11) يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ (12) يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ (13




B. tafsir surah al-Hujurât ayat 1-13
surat Madaniyyah dengan nama al-Hujurât (kamar-kamar) yang juga desebut dengan al-akhlak, karena berisikan tentang akhlak ber’amal, berbicara, menerima berita, persaudaraan dan lainnya.
Allah memanggil dengan panggilan kemuliaan [yâ ayyuha] dengan menyebut [Âmanû] kepada orang beriman yang siap menerima dan mendengar perintah, karena ada informasi penting bagi kehidupan manusia pada umumnya, imformasi yang berhubungan dengan etika dalam membangun kehidupan bersama yang ingin disampaika oleh Allah, di antaranya:
- jangan memdahului Allah dan RasulNya [ Lâ tuqaddmû] artinya jangan melakukan apa yang tidak di perintahkan oleh Allah dan RasulNya, atau jangan melakukan apa yang tidak dilakukan oleh Rasul.
- jangan mengeraskan suarmu melebihi suara Rasul [Lâ tarfa’û] artinya mengeraskan suara melebihi suara Rasul, tentunya arti ini berlaku ketika Rasul berada pada satu majelis dengan yang berbicara atau pada saat Rasul masih hidup, arti yang lain jangan mengatakan sesuata yang tidak di katakana Rasul, karena ketika seseorang berani mengatakan sesuatu seakan-akan ia mempunyai landasan dari Rasul.
- perintah melakukan klarifikasi terhadap berita [fatatsabbatû] pada umumnya, apalagi jika berita tersebut berasal dari sumber yang diragukan.
- jangan menghina dan merendahkan orang lain [Lâ yaskhor]
- jangan memanggil dengan panggilan penghinaan [Lâ talmizû]
- perintah menjauhi prasangka dan praduga [Ijtanibû]
- jangan menjadi mata-mata [tajassasû] dan mencari-cari kesalahan orang
- jangan gossip [Lâ yaghtab], dalam arti umum gossip adalah membicarakan orang lain, dalam membicarakan orang lain ini di bedakan antara gossip dengan fitnah. Jika pembicaraan tentang perbuatan atau pribadi orang lain tersebut betul-betul terjadi dan dilakukan oleh orang tersebut, maka pembicaraan tersebut di sebut gossip (ghibah), dan jika tidak dilakukan maka pembicaraan tersebut disebut fitnah.
- Realita kehidupan untuk membangun dan menciptakan kesuksesan dan peradaban mulai dari [Lita’ârafû]pengetahuan, networking sampai tercpainya kehidupan yang baik (taqwa).

C. karasteristic masyarakat shâleh
- Tidak melakukan suatu perbuatan tanpa dasar.
- Tidak asal bicara, dan jika berbicara menjaga etika komunikasi.
- Tidak menerima dan terpengaruh dengan informasi, dan dalam hal yang tidak jelas akurasinya, maka melakukan klarifikasi.
- Menjauhi terjadinya perbedaan hingga pertikaian yang mengakibatkan kerugian dan penyesalan.
- Menggalakkan terwujudnya persaudaraan dan hidup dengan suasana ramah serta kasih sayang.
- Menghindari sampai meninggalkan penghinaan antara satu dengan yang lain, juga panggilan-panggilaan nama yang tidak pantas.
- Terhindarnya perbuatan mata-mata, permusuhan dan gossip.
- Terbangunnya suasana kehidupan yang kondusif untuk membangungun kemuliaan dan ketakwaan.
D. pelajaran pelajaran
- Ketidakmampuan mengendalikan omongan, komentar dan pembicaraan menyebabkan amal menjadi sia-sia.
- Percaya kepada berita tanpa membiasakan budaya klarifikasi mengakibatkan penyesalan dan terjadinya pertengkaran mulai tingkat keluarga sampai pertempuran pada tingkat masyarakat dan Negara.
- Penghinaan terhadap sesama hukumnya haram dan menyebabkan murka Allah.
- Realita social dan kehidupan menunjukkan hiteroginitas, sehingga mengharuskan adanya kemampuan untuk membangun silaturrahim (networking) dengan seluruh elemen untuk mencapai pengetahuan dan terbangunnya suasana ketakwaan.

Sabtu, 18 September 2010

Langkah-langkah syetan dalam menyesatkan manusia (2/208)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ (208)

Ada beberapa poin yang mengisi pembahasan ini, di antaranya:
a. ayat
b. makna syetan
c. tafsir 2/208
d. korelasi antara perintah totalitas dalam berislam dengan larangan mengikuti langkah syeta
e. langkah-langkah syetan
f. pelajaran-pelajaran


A. Ayat

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ (208)


B. Makna syetan
Dari “ syathona” artinya jauh, yang dimaksud adalah jauh dari kebenaran, atau dari “syâtho” artinya batal atau rusak. Secara terminologi setiap daya dan kekuatan pembangkangan baik dari manusia, binatang dan termasuk jin di sebut syaithan.

C. Tafsir 2/208
Posisi ayat ini merupakan kelanjutan dari ayat-ayat sebelumnya yang menjelaskan tipe dan ragam manusia, ada model yang antara lahir dan batinnya berbeda, dan ada pula yang menjual kehidupannya hanya utuk pengabdian kepada Allak, maka bagaimana dan apa yang seharusnya dilakukan manusia. Dalam ayat ini Allah meletakkan pondasi dengan memulai panggilan kehormatanNya [yâ ayyuha] kepada semua orang beriman agar masuk kedalam islam secara menyeluruh [kâffah] lahir batin, akidah syari’ah, ibadah dan akhlak, dan tidak mengikuti langkah-langkah syetan, Karena syetan adalah musuh bagi mereka. Kata [خطوات] bentuk banyak (jama’) dari [خطوة], secara bahasa artinya langkah atau jengkal. Penggunaanya berbentuk arti banyak (jama’) ini menunjukkan bahwa cara dan gaya syetan dalam rangka menyesatkan manusia itu banyak ragamnya.
Keharusan masuk ke dalam Islam secara keseluruhan ini menunjukkan bahwa siapasaja orangnya agar mempelajari kandungannya, karena tanpa tahu kandungan Islam, maka tidak dimungkinkan untuk masuk Islam secara keseluruhan. Semua orang beriman dalam setiap shalat mengikrarkan :”Sesungguhnya shalatku, aktifitasku, ibadahku, hidupku dan matiku untuk Allah tuhan semesta alam”, ini menunjukkan keharusan untuk mengislamkan semua itu. Dan berart harus mengetahui semua cabang-cabang tersebut.
Langkah-langkah syetan dalam menyesatkan manusia adalah dengan memasuki seluruh wilayah kerja manusia, semua yang baik apalagi yang burknya. Dengan cara
a. Tadhlîl atau menyesatkan
b. Tasywîh atau membuat rancu di penglihatan manusia
c. Takhwîf atau menakut-nakuti
d. Tauîd atau mengancam
e. Tazyîn atau menghiasi kejelekan menjadi kelihatan bagus
f. Merangsang dan memprovokasi
D. Korelasi antara perintah totalitas dalam berislam dengan larangan mengikuti langkah syetan.
Berkumpulnya dua perintah yang berlawanan dalam satu ayat -perintah positif untuk melakukan tindakan dan perintah negative jangan melakukan tindakan- menunjukkan suatu hubungan yang kuat dan sempurna. Perintah masuk Islam secara keseluruhan berarti melarang meninggalkan meskipun sekecil apapun bagian dari Islam, dan apabila ada sebagian dari ajaran Islam yang ditinggalkan berarti ia telah mengikuti langkah syetan.

E. Langkah-langkah syetan
Dalam al-qur’an ada beberapa ayat yang menyebutkan perbuatan syetan yaitu: memerintah perbuatan keji dan munkar, mengatakan apa yang tidak dikatakan Allah dan taqlid kepada nenek moyang, menghiasi, membuat ragu, membisiki, Qotâdah berkata: “setiap kemaksiatan adalah langkah syetan”.

F. Pelajaran-pelajaran
- Adanya keharusan untuk mempelajari islam, karena tidak mungkin memasuki secara keseluruhan apabila tidak mengetahui kandungannya secara keseluruhan pula.
- Adanya keharusan untuk masuk islam secara keseluruhan dalam arti melaksanakan semua ajaran islam, tentunya ini terkait dengan pengetahuan, karena suatu aturan yang sudah dimengerti jika tidak dilaksanankan atau suatu aturan jika tidak dimengerti atau diketahui, maka dengan sendirinya aturan tersebut akan hilang.
- Adanya keharusan untuk tidak mengikuti ajakan dan langkah-langkah syetan, karena dengan mengikuti ajakan syetan dan langkahnya maka arti kesempurnaan islam menjadi hilang, sebab jika sesuatu itu sempurna, maka konsekuensinya tidak membutuhkan yang lain dan dengan mengikuti ajakan dan langkah syetan berarti orang sudah melakukan pelanggaran.
- Syetan adalah musuh manusia, maka anjurannya adalah memposisikan musuh sebagai musuh dan bukan sebagai mitra.
- Perlu sosialisasi Islam secara kontinyu
- Perlu menggalakkan pengajian dan sarana mengkaji Islam diseluruh lapisan masyarakat dan seluruh wilayah
- Menggalakkan kepedulian kepada sesame agar meningkat taraf hidup secara keseluruhan kususnya dalam hal keperpihakan pada pelaksanaan ajaran Islam

Selasa, 14 September 2010

PERUBAHAN QS 13; 11

حتى يغيروا ما بانفسهم ...

Sehingga mereka merobah apa yang ada pada jiwa(dada) mereka
Yang ada dalam dada adalah ide, pikiran pemahaman dan pardigma. tampilaamu adalah potret dari ide, pikiran, pemahaman dan paradigmam. jika tampilan indah maka yang ada di dalam dada adalah indah. perubahan luar bermula dari dari merubah yang ada di dalam dada. setiap penyembahan berhala, maka ada berhala di dalam dada. interrior dan desine yang mengagumkan berarti yang didalam dada indah dan mengagumkan. ciptaan Allah indah, besar, mengagumkan dsb, maka Allah maha indah, maha mengagumkan dan maha besar. anda ingin sukses maka sukseslah dalam merubah yang di dadamu. anda ingin jadi orang besar maka jadikanlah yang di dadamu besar.

Kamis, 09 September 2010

Al qur'an (Pembangunan komprehensif)

PEMBANGUNAN KOMPREHENSIF dan BERKELANJUTAN
Oleh Dr. KH. Ali Akhmadi Lc MA alhafizh

الله اكبر الله اكبر الله اكبر الله اكبر الله اكبر الله اكبر الله اكبر الله اكبر الله اكبر
كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة واصيلا لااله الا الله وحده صدق وعده ونصر عبده واعز جنده وهزم الاحزاب وحده ولا نعبد الا اياه مخلصين له الدين ولو كره المشركون
لااله الا الله الله اكبر الله اكبر ولله الحمد
ان الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور انفسنا ومن سيئات اعمالنا من يهد الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له
واشهد ان لااله الا الله وحده لا شريك له واشهد ان محمدا عبده ورسوله اللهم فصل وسلم على هذا النبي الكريم وعلى اله واصحابه واهل بيته ومن سار على نهجه الى يوم الدين.
اما بعد


Kaum Muslimin dan Muslimat yang dimuliakan Allah
Takbir menggema membelah angkasa membesarkan nama Allah, lantunan tahmid taysakkur memuji kemahakasih sayang Allah SWT kepada alam ini membahana memenuhi jagad raya, rangkaian tasbih sambung-menyambung menandai rasa tunduk dan kesucian hati.
Hari ini adalah hari penuh kebahagian, bagi semua hamba Allah yang telah menunaikan ketaatan kepadaNya. Hari kemenangan bagi mereka yang telah berjihad menahan diri selama sebulan penuh dari segala hal yang dihalalakan di siang hari. Hari kebangkitan bagi mereka yang telah rukuk dan sujud sepanjang malam selama satu bulan penuh. Hari kesucian bagi mereka yang telah menunaikan zakat fitrah dan pengorbanan lainnya. Hari rioh renyah, gegap gempita senang gembira menekpresikan kemenangan dalam kehangatan silaturrahim keseluruh wilayah desa, kota, darat, laut, udara. Memenuhi jalan-jalan, lorong-lorong, terminal, setasiun dan lapangan terbang di negeri tercinta ini (mudik nasional). Suatu pergerakan kehidupan positif, perpindahan ekonomi dari kota ke desa, tersambungnya hubungan satu dengan yang lain dan terbukanya sumbatan-sumbatan kehidupan. Kerja social bergerak cepat secara menyenyeluruh dari transportasi pribadi dan umum serta sarana jalan, menata interior rumah, kota, dan sector-sektor social lainnya, terasa dan terlihan kehidupan begitu semangat enerjik dan menjanjikan.
Hari yang menjadi tonggak sejarah untuk memulai hidup baru كيوم ولدته امه , hidup yang telah dibekali dengan bekal yang komprehensif, ketakwan yang berarti kesiapan untuk melakukan pembangunan.
Kaum Muslimin dan Muslimat yang dimuliakan Allah
الله اكبر الله اكبر الله اكبر ولله الحمد
Hidup adalah ibadah. Ibadah adalah berbuat, berekspresi, memprodoksi dan mengerakkan kehidupan. Ibadah adalah membangun kehidupan.
Membangun adalah kewajiban dan kebutuhan dalam kehidupan kita ini, baik sekala pribadi ataupun keluarga, masyarakat an dan bangsa. Ummat muslim di negeri tercinta ini menempati jumlah terbanyak dari seluruh penduduk yang ada, kuranglebih 171 jutaan manusia. Merupakan modal positif jika mempunyai pandangan dan pemahaman yang positif pula, jika seluruh rakyat Indonesia bergerak dan bersepakat untuk membangun, maka kehidupan akan berobah, bangsa akan mulia dan nilai tawar negarakita akan imbang bahkan naik dalam kancah perbincangan regional sampai internasional.
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا
“Allah memnjanjikan kepada orang beriman dan pekerja keras kepemimpinan dan kemapanan dalam kehidupan, serta kemudahan dalam semua urusan (di ridhaiNya)juga keamanan” (an-Nur 55)
Membangun adalah keharusan dan kebutuhan, meski demikian harus di ketahui bahwa pembangunan ada yang bersifat komprehensif dan ada yang parsial, ada yang temporal incidental dan ada yang berkelanjutan berkesinambungan. Kita sebagai bangsa harus tahu betul pekerjaan dan pembangunan seperti apa yang kita btuhkan, yang kita berikan dan hadiahkan kepada bangsa ini, yang di duga kuat mampu mengatasi dan menjawab permasalahan bangsa sebesar bangsa Indonesia yang mempunyai permasalahan yang komplek. Kaedah dan rumusan dalam hal pembangunan tidak mengenal pilihan, tergambar dalam perkataan A’li bin Abi Talib yang artinya : “..Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini” إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُم “..yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling berkualitas” (al Hujurat 13).
Bangsa yang sedang mensyukuri kemenangannya ini, sadar dan paham akan kondisinya, problematika datang silih berganti, bertubi tubi seakan tak pernah henti, tiada sector kehidupansosial, kecuali di sana ada segudang permasalahan, sebut transportasi, perumahan, ekonomi, keamanan, pelayanan public, moral dan pendidikan dan kondisi bencana. Anak cucu dan generasi mendatang menunggu keputusan kita yang tepat, berani dan solutif. Dengan kesadaran dan pemahaman seperti ini maka bangsa ini tidak akan main-main, menyia-nyiakan umur, tenaga dan kesempatan untuk bertindak sigap berani dan tepat dalam membangun bangsa yang koprehensif dan berkelanjutan. Hanya dengan kata “LEBIH BAIK” yang akan menyelamatkan kehidupan bangsa ini. Lebih baik berarti lebih berkualitas dalam bobot dan mutunya. Berarti lebih menyentuh perasaan yang memberi rasa aman tenteram dan tenang. Berarti merambah kepada sarana dan prasarana kehidupan social yang baik dan memadai dari yang primer hingga yang sekunder. Berarti dalam pemerataan pada semua manusia yang membawa kwarganegaraan Negara Ripublik Indonesia hingga terselamatkannya ekosistim kehidupan alam. Berarti terlindungi dan terjaganya hargadiri bangsa dan kedaulatan serta utuhnya wilayah yang dimiliki bangsa ini.

Kaum Muslimin dan Muslimat yang dimuliakan Allah
الله اكبر الله اكبر الله اكبر ولله الحمد
Ramadhan menghampiri alam semesta dan kususnya bangsa ini, jika dilihat dari kacamata yang lebih luas – bukan semata-mata ibadah- merupakan anugerah besar dan kasihsayang Allah kepada ciptaanNya. Dengan pengetahuanNya yang luas terhadap bangsa ini, Allah menghadiahkan event (kesempatan) training menyeluruh (comprehensive trinning). Di dalamnya ada pembiasaan terhadap perbuatan, ada loyalitas meninggalkan kesenangan, ada keseragaman tindakan dan sikap, ada kebersamaan dan kekompakan, ada pengisian intelektualitas, ada kesatuan komando (saat azan magrib dan imsak), ada semangat kuat dari peserta untuk lulus (pintu ar Rayyan, magfirah, rahmah dam pembebasan diri dari neraka) dan ada pelipatan dan akselerasi (terbatasnya waktu dan malam lailatul qadar). Semua ini adalah modal mahal untuk melewati dan mengubur kehidupan yang telat dan lambat, kehidupan yang kedodoran dan lesu menyambut hari esok
وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ لَمَسَّكُمْ فِي مَا أَفَضْتُمْ فِيهِ عَذَابٌ عَظِيمٌ “..kalulah bukan karena kemurahan dan kasihsayang Allah dalam kehidupan sekarang ini dan nanti (akhirat), niscaya kalian akan terjerat dan terbelenggu, dan kalian tidak akan selamat dari siksaan (an Nur 14). Dari pelajaran ini bangsa kita dapat mengambil inspirasi dalam menentukan pilar-pilar pembangunan yang seharusnya dipilih dan dilakukan. Karena bangsa yang sadar akan tugas dan perannya, sadar akan dirinya yang mempunyai banyak masalah , sadar akan kebesarannya diantara bangsa-bangsa lain, tidaka salah dalam menentukan pilihan لا يلدغ المؤمن من جحر واحد مرتين (..orang mukmin (besar) tidak salah untuk yang kedua kali ) al Bukhari. Dengan demikian, pembangunan komprihensif dan berkelanjutan yang menjadipilihan kita berdiri diatas pilar-pilar:
- Pilar spiritualitas. Keimanan dan kerohanian merupakan pilar penting dalam gerakan penyelamatan (save movement), karena seluruh kekuatan tidak muangkin ada tanpa bergantung kepada yang maha kuat, karena أَنَّ الْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا (..sesungguhnya semua kekuatan adalah milik Allah) al baqarah 165, dan yang sangat popular di masyarakat awam dan itu benar adalah لا حول ولا قوة إلا بالله (tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah). Manusia minimal terdiri dari 2 dimensi, rohani dan fisik, dimensi rohani mendahului dimensi fisik dalam penciptaannya, maka penguatan dan kekuatan rohani adalah tetap beradanya pada dimensinya yaitu iman dan lezat berkomunikasi dengan Allah, dengan disiplin beribadah dan berdo’a sesuai dengan aturan, maka akan menimbulakan kekuatan sepiritual yang ajaib serta menjaga arah pembangunan yang di canangkan agar tetap pada kebenaran sampai berhasil. Penafian sepiritualitas dan hanya mengandalkan kekuatan fisik, bila berhasil untuk sementara namun kebinasaan telah menyusulnya أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَهْلَكَ مِنْ قَبْلِهِ مِنَ الْقُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعًا (..adakah ia tidak mengetahui ahwa Allah telah membinasakan generasi sebelumnya yang jauh lebih kuat dan jauh mempunyai sumberdaya) al qashas 78. Di sini pentungnya pilar keimanan disamping yang lainnya yang di tempatkan pada porsi dan posisinya.
- Pilar realitas. Realitas social kita menjadi pilar penting untuk model dan arah pembangunan kita. Masyarakat yang dalam kenyataannya masih belum mampu secara ekonomi, yang terdiri dari multi rasial dan etnis, terdiri dari banyak pulau yang berjauhan, realitas pedesaan dan perkotaan yang jomplang, realitas banyaknya organisasi, prtai dan paguyuban-paguyuban. Maka pembangunan yang kita laksanankan adalah pembangunan yang mampu menjaga, melestarikan, mengembangkan, meluruskan, meningkatkan, mensinergikan dan memenej agar menjadi kekuatan positif produktif dan terciptanya aturan-aturan yang ditaati yang tidak mengekang dan membelenggu.
- Pilar kebutuhan. Pembangunan yang komprehensif dan berkesinambungan harus menyentuh dan menjawab kebutuhan dasar dan mendasar saat ini, tidak menggarap dan mengerjakan sesuatu yang jauh dari prioritas, dimulai dari kebutuhan pembangunan moralitas bangsa, tujuan inti diutus Muhammad adalah membangun moralitas انما بعث لاتمم مكارم الاخلاق “ Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. Ukuran suatu bangsa dilihat moralitasnya
- انما الاخلاق ما بقيت وان ذهبت اخلاقهمو ذهبوا
“Sesungguhnya suatu bangsa dianggap ada jika mereka bermoral, jika moralitasnya hilang maka hilanglah esensi suatu bangsa”. Masing-masing alumni Ramadhan melihat bagaimana moral bangsa kita ini.
- Pilar keadilan. Pembangunan harus menyentuh semua lapisan masyarakat, tidak pilih kasih. Menumbuhkan kasih sayang kepada orang lemah yang jika terkena kasus mereka tidak mampu membayar pengacara dan tidak tahu cara menempuh hokum yang ada hanya bingung. Memperlakukan semua warga dan anggota masyarakat berdasarkan norma dan aturan yang baku. Yang tua di muliakan. Yang berjasa dan prosuktif di beri penghormatan (reword), Yang salah setelah terbukti dengan proses yang benar di adili dan dilaksanakan dengan baik. Manusia semua di hadapan Allah dan di hadapan hokum. “Tujuh golongan yang akan mendapatkan perlindungan Allah.. salah satunya adalah pemimpin yang adil” al Bukhari.
- Pilar pemerataan dan ketercukupan. Pembangnan dipastikan menjangkau seluruh lapisan masyarakat dengan merata dan setiap orang dipastikan mendapatkan haknya dan merasakan dari dampak pembangunan itu secara cukup minimal kebutuhan primernya, kebutuhan pokoknya. Dari pelosok desa, pegunungan sampai perkotaan adalah hamba Allah, adalah warga Negara, adalah nyawa yang harus di muliakan.

Pembangunan yang demikian di atas pilar-pilar ini yang harus di usung oleh para pemimpin bangsa sehingga secara bertahap tapi pasti akan tercipta sebuah sistim yang mapan dan berjalan secara berkelanjutan. Dengan jiwa besar dan menjadi bangsa besar harus berani meninggalkan berpikir, berprilaku yang egois, parsial apalagi distrutif. Hal ini semua dibutuhkan kesadaran bersama. Dengan momentum Ramadhan dan kembalinya semua hamba Allah kepada kesuciannya di harapkan mampu merumuskan suatu pembangunan yang mampu menyelesaikan masalah bangsa.
Kaum Muslimin dan Muslimat yang dimuliakan oleh Allah
الله اكبر الله اكبر الله اكبر ولله الحمد
Bangsa besar adalah modal yang besar, namun membutuhkan pemikiran, tindakan dan pembangunan yang besar besar pula. Merupakan kewajiban dan tanggungjawab semua pihak untuk mengambil langkah serius dalam urusan bangsa ini “setiap kamu adalah pemimpin dan akan ditanya atas kepemimpinannya”
Kaum muslimin/mat yang di muliakan Allah
Mari kita bermunajat kepada Allah zat yang maha memberi, mengampuni, mengabulkan do’a. zat yang maha menolong, semoga kita semua dan bangsa kita bersama umat muslim dunia mendapat pertolongan dan bimbinganNya selalu
اللهم صل على محمد وعلى ال محمد
الحمد لله رب العالمين
يا الله يا رحمن, نسالك بكل اسم هو لك..ان تتقبل منا شهر رمضان, اللهم تقبل صلاتنا...
اللهم اغفر لنا في جمعنا (مرات) اللهم اعتق رقابنا من النار (مرات) الهم اعتق رقابنا ورقاب اباءنا...
اللهم اعفر للمسلمين والمسلمات...
اللهم أصلح لنا ديننا الذى هو عصمة أمرنا وأصلح لنا دنيانا التى فيها معاشنا وأصلح لنا آخرتنا التى فيها معادنا واجعل الحياة زيادة لنا في كل خير واجعل الموت راحة لنا من كل شر. اللهم اصلح قادتنا وولاة امورنا وشعبنا وخذ نواصيهم بيدك الى خير.
اللهم الف بين قلوبنا ووحد صفوفنا واجمع كلمتنا واعز الاسلام وانصر المسلمين واجعل بلدتنا هذه امنة مطمئنة وسائر بلاد المسلمين
اللهم لا تدع لنا ذنبا الا غفرته ولا هما الا فرجته دينا الا قضيته ولا حاجة من حوائج الدنيا والآخرة الا قضيتها يا ارحم الرحمين
اللهم ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وأصحابه وسلم تسليما كثيرا

Sabtu, 28 Agustus 2010

AL-QUR'AN- KATA I'TIKAF

I’TIKAF

القرآن :
1- أَنْ طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْعَاكِفِين 2\125
2- وَجَاوَزْنَا بِبَنِي إِسْرَائِيلَ الْبَحْرَ فَأَتَوْا عَلَى قَوْمٍ يَعْكُفُونَ عَلَى أَصْنَامٍ لَهُم 7\126
3- قَالُوا لَنْ نَبْرَحَ عَلَيْهِ عَاكِفِينَ حَتَّى يَرْجِعَ إِلَيْنَا مُوسَى 20\91
4- قَالُوا نَعْبُدُ أَصْنَامًا فَنَظَلُّ لَهَا عَاكِفِين 26\71
الحديث:
1- عَنْ عَائِشَةَ - رضى الله عنها - أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ. (مسلم)
2- عن عائشة رضي الله عنها قالت
: كان النبي صلى الله عليه و سلم إذا دخل العشر شد مئزره وأحيا ليله وأيقظ أهله (البخاري)
3- عن عائشة
: أن النبي صلى الله عليه و سلم اعتكف معه بعض نسائه وهي مستحاضة ترى الدم فربما وضعت الطست تحتها من الدم . وزعم أن عائشة رأت ماء العصفر فقالت كأن هذا شيء كانت فلانة تجده
[ 1932 ] البخاري
4- قَالَتْ عَائِشَةُ رضى الله عنها كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَجْتَهِدُ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مَا لاَ يَجْتَهِدُ فِى غَيْرِهِ .مسلم
5- عَنْ عَائِشَةَ - رضى الله عنها - أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ. مسلم

Al-Qur’an:
1- ..agar anda berdua membersihkan rumahKu untuk orang tawaf dan I’tikaf. 2/125
2- Dan ketika kami (Allah) telah menyebrangkan lautan kepada bani israil, mereka mendatangi kaum yang sedang berkerumun (menyembah) berhala mereka. 7/126
3- Mereka (kaum Musa as) berkata kami tidak akan berhenti berkerumun (menyembah) sampai Musa tiba. 20/91
4- Mereka (kaum Ibrahim as) berkata kami menyembah berhala dan kami akan tetap berkerumun menyembahnya.26/71
Al-hadis:
1- Dari A’isyah: Nabi ber I’tikaf di sepuluh hari terakhir Ramadhan sampai wafat, dan di lanjutkan para isterinya (Bukhari dan Muslim)
2- Dari A’isyah: Nabi ketika memaski sepuluh hari terakhir Ramadhan menyingsingkan pakaian (tanda sungguh-sungguh), menghidupkan malam dan membangunkan keluarga (al Bukhari)
3- Dari A’isyah: Sebagian isteri Nabi ikut ber I’tikaf dan ia dalam keadaan haid (al Bukhari)
4- Dari A’isyah: jika memasuki sepuluh hari terakhir Ramadhan Nabi serius tidak seperti biasanya (al Bukhari)
A- Kata “I’tikaf” popular baik dalam al Qur’an maupun Hadis.
B- Arti “I’tikaf” secara bahasa berkisar antara: serius, sungguh-sungguh, focus dan konsenterasi, berkerumun dan beribadah.
C- Dari arti bahasa, kata I’tikaf dapat di pakai pada amal atau perbuatan positi atau negative (terlarang)
D- Arti secara syari’ah: berdiam di masjid untuk mendekatkan diri kepada Allah (beribadah) dengan niat
E- I’tikaf dapat tercapai meskipun hanya beberapa menit saja, seperti salat tahiyyah masjid dan selama mengikuti kajian yang bermanfaat
F- I’tikaf , hukumnya sunnah dan merupakan keutamaan dan salah satu cara meningkatkan derajat
G- Ber I’tikaf dapat dilakukan sendiri, keluarga dan bahkan dalam jumlah banyak
H- Ragam I’tikaf ada:
a. I’tikaf 10 hari terakhir Ramadhan
b. I’tikaf pada bulan Ramadhan
c. I’tikaf nazar (janji)
d. I’tikaf biasa dan kapan saja
I- Ber I’tikaf terkait dengan:
a. Tempat (masjid)
b. Suasana (kekhusyu an)
c. Program (mata acara)
d. Dan menejerial yang rapi
J- I’tikaf ada syrat, rukun, sunnah, makruh dan yang membatalkan (harap dikaji dan di tanyakan)
K- Untuk perempuan sangat di pertimbangkan manfaat dan madarratnya, harus mendapat dukungan dan izin suami di samping memperhatikan tempat I’tikafnya.

Selasa, 10 Agustus 2010

panduan berpusa

PANDUAN BERPUASA

di tulis oleh : KH DR ALI AKHMADI MA AL HAFIZH

Panduan Puasa Ramadhan

A. Menentukan awal akhir Bulan Ramadhan
Bagaimana mengetahui kapan tamu Allah ini datang? Telah menjadi ketetapan syar’i bahwa cara untuk menentukan kapan waktu masuknya bulan Ramadhan adalah berdasarkan penanggalan Qomariyah sebagaimana pelaksanaan ibadah haji.
Firman Allah;
“Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; (QS. Al-Baqarah;189)

B. Dalil disyariatkan berpuasa di bulan Ramadhan
Puasa Ramadhan adalah suatu ibadah yang telah diwajibkan hanya kepada orang-orang yang beriman terdahulu jauh sebelum datangnya Islam. Sedangkan bagi umat Islam ibadah ini baru diwajibkab pada tahun ke kedua hijriyah atau tahun ke lima belas kenabian Muhammad SAW yang pelaksanaannya adalah hanya pada hari-hari tertentu yang telah ditentukan secara syar’i.
Firman Allah : “Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu sekalian puasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu sekalian bertaqwa” (QS. Al-Baqarah:183 ).
“Bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dengan yang bathil), karena itu barangsiapa di antaramu menyaksikan (masuknya bulan ini) maka hendaklah ia puasa… ” (Al-Baqarah:185).
“Islam didirikan di atas lima perkara: Bersaksi bahwa tidak ada Ilah selain Allah, dan sesungguhnya Muhammad itu adalah utusan Allah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, puasa pada bulan Ramadhan, dan menunaikan haji ke Ka’bah” ( HR. Bukhari-Muslim).
Diriwayatkan dari Thalhah bin ‘ Ubaidillah ra., bahwa sesungguhnya ada seorang bertanya kepada Nabi Saw, ia berkata, “Wahai Rasulullah, beritakan kepadaku puasa yang diwajibkan oleh Allah atas diriku”. Beliau bersabda: “Puasa Ramadhan”. Lalu orang itu bertanya lagi: Adakah puasa lain yang diwajibkan atas diriku? Beliau bersabda: “Tidak ada, kecuali bila engkau puasa Sunnah”.

C. Makna puasa
Makna puasa menurut bahasa adalah menahan sesuatu, baik makanan minuman, kata-kata atau gerakan sedangkan menurut istilah adalah menahan diri dari hal-hal yang dapat membatalkan puasa baik makan, minum, hubungan suami istri (jima’), dengan disertai niat mulai terbit fajar sampai terbenamnya matahari.

B. Rukun puasa
1. Menahan diri dari segala sesuatu yang dapat membatalkan puasa sejak terbit fajar shadiq hingga matahari terbenam.
Allah SWT berfirman;
“Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam”, (QS. Al-Baqarah;187)
Yang dimaksud dengan benang putih dan hitam ini adalah putihnya siang dan hitamnya malam seperti hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim berikut ini. “Sesungguhnya Adi bin Hatim berkata, ketika turun ayat, “hingga jelas bagimu benang putih dan hitam”, aku mencari tali berwarna hitam dan tali berwarna putih lalu aku taruh dibawah bantalku. Malam hari aku melihatnya tetapi tidak tampak jelas tampak olehku. Aku lalu menemui Rasulallah SAW untuk menceritakan hal itu kepada beliau. Rasulullah SAW bersabda; sesungguhnya yang dimaksud ialah hitamnya malam dan dan putihnya siang”
2. Niat, niat adalah hukumnya fardhu, baik terhadap puasa maupun ibadah lainnya, yang dimaksud dengan niat dalam puasa ialah ketika seseorang hendak berpuasa terlintas dalam hatinya untuk melakukan puasa, karena hakekatnya niat itu adalah pekerjaan hati, dan tidak ada kaitannya dengan lisan. Namun jika seseorang yang hendak berpuasa melafalkan niat dengan lisannya, berarti ia adalah menterjemahkan apa yang ada dalam hati. sehingga, jika niat diucapkan dengan lisan berbeda dengan niat yang diucapkan dengan hati, maka yang diperhitungkan ialah niat yang ada dalam di hati. Adapun dalam ibadah tertentu, melafalkan niat dengan lisan adalah sangat dianjurkan.
Maka dari itu, orang bangun untuk makan sahur dan mempersiapkan segala sesuatunya, pada hakekatnya hal itu sudah merupakan niat, sebab ia melakukan semua itu karena ia berhasrat hendak puasa. Jadi hasrat itu sama dengan niat.

D. Syarat-syarat puasa
Secara umum, syarat-syarat puasa adalah bagi mereka yang telah dibebani secara syar’i, sebagaimana perincian berikut;
1. Islam, perintah puasa adalah hanya ditujukan kepada ummat manusia yang beriman, maka orang kafir tidak sah menjalankannya;
2. Baligh, puasa adalah dibebankan kepada mereka yang sudah berkewajiban untuk menjalankan perintah Allah SWT, sementara anak-anak yang belum mencapai usia baligh tidak wajib melakukan ibadah puasa, akan tetapi apabila ia berpuasa, maka hukumnya sah;
3. Berakal, berpuasa adalah sarana untuk membina diri agar lebih terprogram, membutuhkan kesadaran diri dan akal untuk menjalankannya, sehingga orang yang tidak berakal seperti gila, sakit ayan dan hilang akalnya tidak diwajibkan melakukan ibadah puasa;
4. Sehat dan bermukim, bagi mereka yang dalam keadaan sakit yang membahayakan jiwa atau sedang dalam perjalanan jauh yang bertujuan untuk kebaikan, maka puasa adalah tidak wajib baginya, akan tetapi harus menggantinya disuatu hari nanti jika diberi kesempatan;
5. Tidak sedang haid dan nifas. Bagi kaum muslimah yang sedang mengalami hal tersebut maka mereka tidak memenuhi syarat sahnya puasa, namun harus tetap menggantinya jika telah menyelesaikannya.

E. Sunah-sunah puasa
Selama bulan Ramadhan banyak sekali amaliyah sunnah yang bernilai pahala yang berlipat ganda, namun harus menjadi catatan bahwa tentunya tidak bisa mengganti keutamaan puasa di dalamnya.
1. Menyegerakan berbuka
 “Sesungguhnya Rasulullah SAW tidak melakukan shalat maghrib dulu sehingga ia berbuka, meskipun hanya seteguk air” (HR. At-Tirmidzi).
 Dari Umar bin Khaththab ra. telah bersabda Rasulullah saw: “Apabila malam sudah tiba dari arah sini dan siang telah pergi dari arah sini, sedang matahari sudah terbenam, maka orang yang puasa boleh berbuka”. (HR. Al-Bukhary dan Muslim).
 Dari Sahal bin Sa’ad: Sesungguhnya Nabi saw telah bersabda: “Manusia (umat Islam) masih dalam keadaan baik selama mentakjilkan (menyegerakan) berbuka” (HR. Al-Bukhary dan Muslim).
 Dari Anas ra., ia berkata : “Rasulullah saw berbuka dengan makan beberapa ruthaab (kurma basah ) sebelum shalat, kalau tidak ada maka dengan kurma kering, kalau tidak ada maka dengan meneguk air beberapa teguk” (HR. Abu Daud dan Al-Hakiem).
 Diriwayatkan dari Salman bin Amir, bahwa sesungguhnya Nabi saw. telah bersabda: “Apabila salah seorang di antara kamu puasa hendaklah berbuka dengan kurma, bila tidak ada kurma hendaklah dengan air, sesungguhnya air itu bersih”. (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi).
 Dari Ibnu Umar, Adalah Nabi Saw selesai berbuka Beliau berdo’a (artinya) telah pergi rasa haus dan menjadi basah semua urat-urat dan pahala tetap ada Insya Allah (HR. Ad-Daaruquthni dan Abu Daud hadits hasan)
 Dari Anas, ia berkata: Telah bersabda Rasulullah saw: “Apabila makan malam telah disediakan, maka mulailah makan sebelum shalat Maghrib, janganlah mendahulukan shalat daripada makan malam itu (yang sudah terhidang)”. (HR. Al-Bukhary dan Muslim).
2. Berbuka dengan beberapa butir kurma yang masih basah (ruthab).
Hal tersebut berdasarkan keterangan Anas bin Malik, “Rasulullah SAW biasa berbuka dengan menyantap beberapa butir ruthab sebelum shalat. Jika tidak ada maka dengan beberapa butir tamar. Dan jika tidak ada dengan meminum beberapa teguk air” (HR. Abu Dawud, Al-Hakim dan Ad-Daruquthni)
3. Berdo’a menjelang berbuka;
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya do’a orang yang berpuasa saat berbuka tidak tertolak” (HR. Ibnu Majah)
4. Makan sahur dan mengakhirkan sahur,
 Dari Anas bin Malik ra: Sesungguhnya Rasulullah saw. telah bersabda: “Makan sahurlah kalian karena sesungguhnya makan sahur itu berkah”. (HR. Al-Bukhary)
 Dari Al-Miqdam bin Ma’di Yaqrib, dari Nabi saw. bersabda: Hendaklah kamu semua makan sahur, karena sahur adalah makanan yang penuh berkah”. (HR. An-Nasa’i).
 Dari Zaid bin Tsabit ia berkata: “Kami bersahur bersama Rasulullah saw. lalu kami bangkit untuk menunaikan shalat (Shubuh )’. Saya berkata: Berapa saat jarak antara keduanya (antara waktu sahur dan waktu Shubuh)? Ia berkata: Selama orang membaca limapuluh ayat” (HR. Al-Bukhary dan Muslim).
 Dari Amru bin Maimun, ia berkata: “Adalah para sahabat Muhammad Saw adalah orang yang paling menyegerakan berbuka dan melambatkan makan sahur”. (HR. Al-Baihaqi).
 Telah bersabda Rasulullah SAW: “Apabila salah seorang diantara kamu mendengar adzan dan piring masih di tangannya janganlah diletakkan hendaklah ia menyelesaikan hajatnya (makan/minum sahur) daripadanya”. (HR. Ahmad dan Abu Daud dan Al-Hakiem).
 Diriwayatkan dari Abu Usamah ra. ia berkata: “Shalat telah diiqamahkan, sedang segelas minuman masih di tangan Umar ra., ia bertanya: Apakah ini boleh saya minum wahai Rasulullah? Beliau menjawab: Ya, lalu ia meminumnya” (HR Ibnu Jarir)
5. Memperbanyak do’a,
Tiga orang yang do’anya tidak ditolak oleh Allah SWT, orang yang berpuasa hingga berbuka, imam yang adil dan orang yang teraniaya” (HR. Tirmidzi)
6. Memperbanyak membaca Al-Qur’an,
 Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. ia berkata: “Adalah Rasulullah saw. orang yang paling dermawan dan beliau lebih dermawan lagi pada bulan Ramadhan ketika Jibril menemuinya, dan Jibril menemuinya pada setiap malam pada bulan Ramadhan untuk mentadaruskan beliau Al-qur’an dan benar-benar Rasulullah saw lebih dermawan tentang kebajikan (cepat berbuat kebaikan) daripada angin yang dikirim”. (HR Al-Bukhary).
 Rasulullah SAW bersabda, “Puasa dan Al-Qur’an, keduanya akan memberi syafa’at di hari kiamat. Puasa berkata ya Allah aku telah mencegahnya makan dan nafsunya pada siang hari, maka berikanlah syafa’atku padanya. Al-Qur’an berkata, aku telah mencegah tidur dimalam hari, berikanlah syafa’atku kepadanya. Maka diterimalah syafa’at keduanya” (HR. Ahmad)
7. Bagi orang yang dijamu berbuka oleh orang lain, disunatkan untuk mendoakannya,
 Dari Abdullah bin Zubair, ia berkata; Rasulullah SAW berbuka di rumah Saad bin Muadz. Beliau berdo’a; Berbuka dirumah kalian orang-orang yang berpuasa, makanan kalian dimakan oleh orang-orang yang berbakti, dan semoga malaikat membacakan shalawat atas kalian (HR. Ibnu Majah)
F. Hal-hal yang membatalkan puasa
1. Berhubungan suami istri di siang hari, bagi mereka yang melakukan hal ini maka harus menggantinya dengan berpuasa dua bulan berturut-turut tanpa henti atau memberi makan satu fakir miskin selama enam puluh hari atau memberi enam puluh fakir miskin selama sehari.
2. Makan dan minum dengan sengaja sebelum waktu berbuka;
3. Muntah dengan sengaja;
4. Mengeluarkan mani (sperma) secara tidak lazim sebagai akibat pandangan, khayalan, ciuman dan sentuhan;
5. Haid dan nifas, kaum muslimah yang sedang menjalankan puasa kemudian tiba-tiba mengalami haid atau melahirkan, maka wajib hukumnya untuk membatalkan puasanya;
6. Tidak berniat puasa;
7. Murtad.
G. Hal-hal yang diperbolehkan saat berpuasa
1. Memakai celak dan obat tetes mata;
2. Memakai minyak di rambut atau di tubuh;
3. Suntik;
4. Berendam di air pada musim kemarau;
5. Menyuapi makanan untuk anak kecil dengan mulut;
6. Berbekam dan donor darah;
7. Menelan ludah.

G. Hal-hal yang makruh saat berpuasa
1. Mencicipi makanan, dan memakan makanan yang ada di sela-sela gigi;
2. Mengunyah ilk (semacam permen karet);
3. Berlebihan dalam berkumur dan beristinsaq
4. Hukum mencium istri, bersentuhan dan memikirkan masalah seksual bagi orang yang sedang berpuasa;

H. Menqadha’ Puasa
Dalam menqadha’ puasa yang ditinggalkan, lebih afdhalnya dikerjakan dengan segera. Dan dalam mengqada’ puasa tidak harus berturut-turut. Yang berhutang puasa karena tidak mampu puasa, seperti kakek tua atau orang sakit terus-menerus, lalu meninggal dunia, maka cukup dibayarkan fidyahnya dengan memberi makan satu orang miskin setiap hari sesuai dengan jumlah hari yang ditinggalkan.
Adapun orang yang punya hutang puasa, dan mampu atau ada kesempatan untuk menqada’nya, lalu meninggal dunia, maka ahli warisnya wajib mengqada’nya. Seperti tersebut dalam sebuah hadist; “Barangsiapa meninggal dunia, dan dia punya hutang puasa, maka wali (ahli waris)-nya wajib berpuasa untuknya” (HR. Muttafaqun ‘alaihi)

I. Hal-hal yang memperbolehkan tidak berpuasa
Berpuasa adalah merupakan ibadah mahdah, yang tidak dapat digantikan kecuali ada udzur syar’i yang membolehkannya untuk tidak berpuasa, sebagai catatan, dikhawatirkan apabila meneruskan puasanya akan membahayakan dirinya atau orang yang menjadi tanggungannya. Diantara hal-hal yang secara syar’i diperbolehkan untuk tidak berpuasa diantaranya:
1. Sakit yang tidak memungkinkannya untuk berpuasa;
2. Bepergian;
3. Hamil dan menyusui;
4. Haid dan Nifas;
5. Sangat renta;
6. Tidak berpuasa karena dipaksa;
7. Takut mati atau kurang akal;
8. Berperang di jalan Allah;
9. Puasa sunat.

J. Hal-hal yang menghabiskan pahala puasa
Puasa adalah menahan diri, bukan hanya makan dan minum akan tetapi menahan seluruh anggota badan; mata, lisan, telinga, hati, kemaluan, pikiran dan anggota tubuh yang lain dari maksiyat. Maka apabila seseorang yang menjalankan puasa kemudian ia tidak mampu menahan diri dari maksiyat yang ditimbulkan oleh anggota badan tersebut maka nilai puasanya akan berkurang, bahkan bisa jadi seseorang tersebut tidak mendapatkan pahala puasanya selain lapar dan haus.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW; “Barang siapa yang tidak menahan diri dari ucapan dusta dan perbuatan buruk maka sedikitpun Allah tidak sudi menerima puasanya meskipun ia menahan diri dari makan dan minum.” (HR. Bukhari-Muslim)
Dalam hadist yang lain, Nabi SAW bersabda: “Puasa bukanlah hanya meninggalkan makan dan minum, akan tetapi yang dimaksud puasa adalah menghindarkan diri dari kata-kata yang tidak berguna dan dusta. Maka jika ada orang yang mencelamu atau usil kepadamu, katakanlah saya sedang berpuasa.” (HR. Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Hakim).