Rabu, 30 Juni 2010

Jihad dalam al Qur'an dan sunnah

وَأَمَّا الْجِهَادُ فِي اللُّغَةِ فَعِبَارَةٌ عَنْ بَذْلِ الْجُهْدِ بِالضَّمِّ وَهُوَ الْوُسْعُ وَالطَّاقَةُ ، أَوْ عَنْ الْمُبَالَغَةِ فِي الْعَمَلِ مِنْ الْجَهْدِ بِالْفَتْحِ ، وَفِي عُرْفِ الشَّرْعِ يُسْتَعْمَلُ فِي بَذْلِ الْوُسْعِ وَالطَّاقَةِ بِالْقِتَالِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ - عَزَّ وَجَلَّ - بِالنَّفْسِ وَالْمَالِ وَاللِّسَانِ ، أَوْ غَيْرِ ذَلِكَ ، أَوْ الْمُبَالَغَةِ فِي ذَلِكَ وَاَللَّهُ - تَعَالَى - أَعْلَمُ . (بدائع الصنائع للكساني)
لِأَنَّ مَعْنَى الْجِهَادِ أَنْ يُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَقُولُوا لَا إلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَالْمُشْرِكُ لَا يُقَاتِلُ لِذَلِكَ وَلِأَنَّهُ مِمَّنْ يَلْزَمُ أَنْ يُقَاتَلَ عَنْهُ وَتُمْنَعُ الِاسْتِعَانَةُ بِهِ فِي الْحَرْبِ وَإِنْ اُسْتُعِينَ بِهِ فِي الْأَعْمَالِ وَالصَّنَائِعِ وَالْخِدْمَة (المنتقى شرح موطأ)
حَرِبَ
( حَرَبًا ) من باب تعب أخذ جميع ماله فهو ( حَرِيبٌ ) و ( حُرِبَ ) بالبناء للمفعول كذلك فهو ( مَحْرُوبٌ ) و ( الحَرْبُ ) المقاتلة والمنازلة من ذلك ولفظها أنثى يقال قامت ( الحَرْبُ ) على ساق إذا اشتدّ الأمر وصعب الخلاص وقد تذكر ذهابا إلى معنى القتال فيقال ( حَرْبٌ شَدِيدٌ ) وتصغيرها ( حُرَيْبٌ ) والقياس بالهاء وإنما سقطت كيلا يلتبس بمصغر الحربة التي هي كالرمح ودار ( الحَرْبِ ) بلاد الكفر الذين لا صلح لهم مع المسلمين وتجمع ( الحَرْبَةُ ) على ( حِرَابٍ ) مثل كلبة وكلاب و ( حَارَبْتُهُ ) ( مُحَارَبَةً ) و ( حَرْبَوَيْه ) من أسماء الرجال ضمّ وبه إلى لفظ حربٍ كما ضمّ إلى غيره نحو سيبويه ونفطويه و ( الحِرْبَاءُ ) ممدود يقال هي ذكر أم حبين ويقال أكبر من العظاء تستقبل الشمس وتدور معها كيفما دارت وتتلون ألوانا والجمع ( الحَرَابِيُّ ) بالتشديد و ( المِحْرَابُ ) صدر المجلس ويقال هو أشرف المجالس وهو حيث يجلس الملوك والسادات والعظماء ومنه ( مِحْرَابُ المُصَلَّى ) ويقال محراب المصلى مأخوذ من المحاربة لأن المصلى يحارب الشيطان ويحارب نفسه بإحضار قلبه وقد يطلق على الغرفة ومنه عند بعضهم ( فَخَرَجَ عَلَى قَوْمِهِ مِنَ المِحْرَابِ ) أي من الغرفة
( الحرب ) القتال بين فئتين ( مؤنثة و قد تذكر على معنى القتال ) و الحرب الباردة
عرك
عَرَكْتُ الشيء أعْرُكُهُ عَرْكاً: دَلَكْتُهُ. وعَرَكَ البعيرُ جنبَه بمرفقه. وعَرَكْتُ القوم في الحرب عَرْكاً. والمُعارَكَةُ: القتالُ. والمُعْتَرَكُ: موضع الحرب، وكذلك المَعْرَكُ والمَعْرَكَةُ، والمَعْرَكَةُ أيضاً بضم الراء. واعْتَركوا، أي ازدحموا في المُعْتَرَكِ. ويقال: أورد إبلَه العِراك، إذا أوردها جميعاً الماء.

1- Kata جاهد dengan fi’il madhi ada sekali dalam al-qur an yaitu pada surat alankabut dan جاهد dengan fi’il amar ada 2 kali dalam al- qur an pada surat at-taubat dan at-tahrim. Sedang kata جاهدوا dalam bentuk fi’il madhi jama’ ada lima kali ulangan dalam al-qur an dalam al-qur an. Sedang kata dengan fi’il madhi (huruf HA dibaca fathah) bentuk jama’ ada 6 kali dalam al-qur an. Dan جاهدوا dalam bentuk fi’il amar (huruf HA dibaca kasrah) bentuk jama’ ada 4 kali di antaranya di akhir surat al-haj dan lainnya ada di surat at-taubah dan al-maidah. Kata يجاهدون sekali saja pada surat al-maidah, dan يجاهد fi’I mudhari’ mufrad satu kali saja dalam surat al-ankabut
2- Kata القتال ada 6 kali sedang القتل ada 5 kali. Kata قاتل dalam bentuk fi’il madhi mufrad satu kali dan dalam bentuk madhi jama’ 1 kali. Dan dalam bentuk madhi mabni majhul tsulatsi قتلوا ada 5 kali, dan hal yang sama mabni fa’il قتلواsatu kali. Dalam bentuk amar jama’قاتلوا ada 3 kali.


Di dalam Islam terdapat kurang lebih 12 jenis peperangan, yaitu:
1. Perang melawan orang-orang murtad.
2. Perang melawan para pengikut bughât.
3. Perang melawan kelompok pengacau (al-hirabah atau quthâ at-thuruq) dari kalangan perompak dan sejenisnya.
4. Perang mempertahankan kehormatan secara khusus (jiwa, harta benda dan kehormatan).
5. Perang mempertahankan kehormatan secara umum (yang menjadi hak Allah atau hak masyarakat).
6. Perang menentang penyelewengan penguasa.
7. Perang fitnah (perang saudara).
8. Perang melawan perampas kekuasaan.
9. Perang melawan ahlu dzimmah.
10.Perang ofensif untuk merampas harta benda musuh.
11.Perang untuk menegakkan Daulah Islam.
12.Perang untuk menyatukan negeri-negeri Islam.

آداب الجهاد في سبيل اللّه.
أورد الشيخان أن رسول اللّه (صلّى اللّه عليه وسلّم) نهى عن قتل النساء والصبيان.
وعن ابن مسعود رضي اللّه عنه: أعفّ الناس قتلة أهل الإيمان أي المحاربون المؤمنون، وكان رسول اللّه (صلّى اللّه عليه وسلّم) يوصي الغزاة بقوله «اغزوا باسم اللّه في سبيل اللّه، قاتلوا من كفر باللّه، اغزوا ولا تغدروا ولا تمثلوا ولا تقتلوا وليدا ...!
[سورة البقرة (2): آية 195]


آداب القتال في الاسلام(2)، فقد أوصى رسول الله - صلى الله عليه وسلم - أصحابه بقوله: أوصيكم بتقوى الله وبمن معكم من المسلمين خيراً، أغزوا باسم الله، في سبيل الله من كفر بالله، لا تغدروا، ولا تقتلوا وليداً، ولا امرأة، ولا كبيراً فانياً، ولا منعزلاً بصومعة، ولا تقربوا نخلاً، ولا تقطعوا شجراً، ولا تهدموا بناءً، وإذا لقيتم عدوكم من المشركين فادعوهم الى إحدى ثلاث: فإما الاسلام، وإما الجزية، وإما الحرب..)(3). (السيرة النبوية للصلابي)

Etika peperangan dalam Islam: “Wasiat Rasul kepada sahabatnya agar bertakwa kepada Allah dan orang muslim yang ikut berperang. Peranglah dengan nama Allah dan di jalanNya kepada orang kafir, jangan berkhianat, jangan membunuh orang tua dan sangat tua, perempuan, orang yang sedang berada di tempat ibadah, jangan mencabut pohon kurma, memotong pohon, merusak bangunan. Jika kalian ketemu musuhmu tawarkan kepada mereka satu diantara tiga hal masuk Islam atau membayar pajak dan berperang”.

Selasa, 29 Juni 2010

Juz 12 (Mengenal Al Qur'an)

Juz 12 (duabelas) adalah Juz yang awalnya وما من دابة في الارض .. (ayat yang ke 6 dari surat Hud) dan akhirnya وان الله لا يهدي كيد الخا ئنين …(ayat yang ke 52 dari surat Yusuf). Dalam Juz ini terdiri daari dua surat yaitu surat Hud yang permulaannya berada pada Juz 11 dan surat Yusuf hanya sebagian saja yang termasuk dalam juz ini. Jumlah ayat yang ada dalam Juz 12 ini 117 ayat dari surat Hud dan 52 ayat dari surat dari surat Yusuf, jadi 169 ayat.
Ayat yang mengawali Juz ini
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِي (dan tiada binatang melata di bumi ini melainkan Allah SWT telah menanggung rizkinya dan mengetahui di mana letak dan tempatnya, semuanya ada dalam catatan yang nyata). Nampak dari ayat ini meskipun ayat ini berada dalam surat Hud yang merupakan nama dari salah seorang Rasul Allah, akan tetapi membahas tauhid dan kemaha besaran Allah, hal ini cocok dengan kandungan umum surat Makkiyah, yang biasanya pandangan umum menganggap bahwa kandungan surat bisa dilihat dari namanya. Anggapan inipun tidak salah karena dalam surat Hud ini memang di antara kandungannya adalah kisah, ada kisah Nuh, Hud, Shaleh, Ibrahim, Luth, syuaib dan Musa.
Dari ayat tersebut ada yan dapat kita ambil pelajaran, di antaranya
- Luasnya ilmu Allah SWT
- Sayangnya Allah kepada hambanYa
- Sunnatullah (kebiasaan dan hokum Allah) itu kokoh dan berlaku. Hal ini mendidik hamba Allah agar merasa tawaddhu’ (rendah dan sopan) kepada Allah dengan mengimaninYa, mentaati perintahnYa dan meninggalkan larangannYa, karena manusia bukan makhluk Allah yang besar secaraf isik, tapi makhlukNya yang mulia dengan keimanan, ilmu pengetahuan dan ketaatan.
Ayat penutup Juz 12 ini
ذَلِكَ لِيَعْلَمَ أَنِّي لَمْ أَخُنْهُ بِالْغَيْبِ وَأَنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي كَيْدَ الْخَائِنِينَ ( yang demikian agar yausup mengetahui sesungguhnya aku tiada mengkhianatinya dengan gaib (di luar pengetahuannya dan sesungguhnya Allah tiada menunjukkan tipudaya para pengkhianat).
Menunjukkan
- Kebenaran pada pasti menang
- Kejujuran perempuan (Zulaiha)
- Kesabaran Yusuf
- Tipu daya kejahatan itu ada
- Allah berpihak kepada yang benar

Senin, 14 Juni 2010

YUNUS

Secara bahasa artinya berkisar pada tenang dan tenteram, sedang secara istilah akan kembali pada
Nama salah seorang Nabi dari wilayah Nainawa bagian dari syam. Yunus diutus oleh Allah kepada sekelompok masyarakat di mana mereka tidak menerima kedatangannya, sehingga marah dan meninggalkan mereka. Yunus menuju ke pantai dan melihat perahu sedang siap berlayar tanpa berfikir panjang Yunus ikut numpang perahu tersebut. Di tengah laut terjadi kendala pada perahu tersebut sehingga nahkoda harus meneliti kembali muatan termasuk para penumpangnya, sehingga sampai pada keputusan salah satu dari penumpang harus di turunkan, dan ternyata setelah melalui prosese pilihan jatuh kepada Yunus. Dilaut Ia ditelan ikan besar yang di sebut Nun atau ikan hiu, kalau Yunus tidak menyadari perbuatannya yaitu meninggalkan kaumnya dalam keadaan marah dan belum mendapat izin dari Allah, maka Ia akan berada di dalam ikan sampai hari kiamat, akan tetapi Ia menyadari akan kesalahannya lalu Ia bertasbih dan berdo a ” Tiada Tuhan kecuali Engkau maha suci Engkau sesungguhnya aku termasuk orang yang berbuat zalim”, maka Allah menyelamatkan dan mengeluarkan dari perut ikan. Kisahnya disebutkan di beberapa surat dalam al-Qur’an di antaranya surat al-Anbiya an as-shaffat dan surat khusus yang bernama Yunus.
Yunus sebagai nama dari salah satu surat dalam al-Qur’an, surat yang ke 10, ada 109 ayat dan tergolong surat Makkiyyah. Ciri umum syrat makkiyyah berisi tentang penanaman prinsi-prinsip hidup yang sering di sebut masalah aqidah.
Surat ini di mulai dengan kata yang hurufnya terputus yang merupakan keajaiban al-Qur’an dan bahasa arab, meski orang arang arab dulu sangat mahir dalam bahasa namun ketika mendengar kata seperti itu, mereka tercengang dan mendengarkan, di saat itulah mereka mendengarkan dan firman Allah yang artinya “..itulah ayat-ayat al-kitab yang kokoh bijak”, mereka mengetahui kebesaran dan keagungan al-Qur’an, dan di akhiri dengan firman Allah yang artinya” dan ikutilah apa yang diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan bersabarlah hingga Allah memutuskan, sesungguhnya Allah sebaik-baik pemberi keputusan”.
Topic inti yang dapat di kembangkan dalam surat ini:
- Kebenaran mengimani Allah SWT
- Dalam memberikan hukuman, Allah mendahulukan kasih sayangNya
- Kebenaran al-Qur’an
- Kedekatan dengan Allah di saat kepepet
- Melihat Allah
- Keadilan dan kasih sayang Allah
- Manfaat kisah dalam kehidupan

TAUBAT

Taubat
Adalah kata dari bahasa arab yang artinya kembali. Bahasa masyarakat tobat dan pengertian secara istilah sama yaitu orang yang sedang kembali kepada yang benar dengan perasaan menyesal, tindakan berhenti dari pekerjaan semula dan bertekad untuk tidak kembali lagi.
Taubat dalam al-Qur’an adala nama surat dengan urutan ke 9 dan terdiri dari 129 ayat, yang tergolong surat Madaniyyah. Nama lain dari surat ini seperti Barâah, Fâdhihah, Muqasy ‘irah dan yang lain sampai 12 nama.
Kandungan umumnya tentang menata hubungan dengan kaum musyrikin dan munafiqin, dan karena surat ini diturunkan di bagian akhir dari periode Madinah maka hokum dan keterangannya bersifan final artinya tidak ada ayat lain yang menasakh. Juga suasana yang dominan adalah tentang pertempuran, maka dijadikan alas an rasional bagi surat ini tidak di awali dengan basmalah, meskipun yang sebenarnya adalah jika tidak ada dalil naqli, maka manusia tidak punya wewenang dalam syari’at apalagi dalam firman Allah.
Topic penting yang dapat dikaji dan didiskusikan:
- Allah menyatakan bebas dan lepas dari kaum musyrkin
- Orang-orang musyrik itu najis
- Meletakkan kecintaan kepada Allah,Rasul dan orang mukmin di atas segalanya
- Dunia adalah sarana dan bukan tujuan sehingga menjadi penghalang menuju Allah
- Zakat dan distribusinya
- Sikap munafikin terhadap distribusi zakat dan infaq
- Daya tarik dunia yang kuat
- Mensalati orang kafir dan munafik
- Orang-orang yangkendor bersam Rasul karena kesibukan dunia
- Bunaya menciptakan alas an
- Etika jika berhadapan dengan musuh
- Anjuran untuk bersircel dengan orang-orang baik
- Keharusan memperhatikan syahwat, hobi dan kesenangan
- Kecintaan Rsul terhadap ummat

Minggu, 13 Juni 2010

Taubat

Taubat
Adalah kata dari bahasa arab yang artinya kembali. Bahasa masyarakat tobat dan pengertian secara istilah sama yaitu orang yang sedang kembali kepada yang benar dengan perasaan menyesal, tindakan berhenti dari pekerjaan semula dan bertekad untuk tidak kembali lagi.
Taubat dalam al-Qur’an adala nama surat dengan urutan ke 9 dan terdiri dari 129 ayat, yang tergolong surat Madaniyyah. Nama lain dari surat ini seperti Barâah, Fâdhihah, Muqasy ‘irah dan yang lain sampai 12 nama.
Kandungan umumnya tentang menata hubungan dengan kaum musyrikin dan munafiqin, dan karena surat ini diturunkan di bagian akhir dari periode Madinah maka hokum dan keterangannya bersifan final artinya tidak ada ayat lain yang menasakh. Juga suasana yang dominan adalah tentang pertempuran, maka dijadikan alas an rasional bagi surat ini tidak di awali dengan basmalah, meskipun yang sebenarnya adalah jika tidak ada dalil naqli, maka manusia tidak punya wewenang dalam syari’at apalagi dalam firman Allah.
Topic penting yang dapat dikaji dan didiskusikan:
- Allah menyatakan bebas dan lepas dari kaum musyrkin
- Orang-orang musyrik itu najis
- Meletakkan kecintaan kepada Allah,Rasul dan orang mukmin di atas segalanya
- Dunia adalah sarana dan bukan tujuan sehingga menjadi penghalang menuju Allah
- Zakat dan distribusinya
- Sikap munafikin terhadap distribusi zakat dan infaq
- Daya tarik dunia yang kuat
- Mensalati orang kafir dan munafik
- Orang-orang yangkendor bersam Rasul karena kesibukan dunia
- Bunaya menciptakan alas an
- Etika jika berhadapan dengan musuh
- Anjuran untuk bersircel dengan orang-orang baik
- Keharusan memperhatikan syahwat, hobi dan kesenangan
- Kecintaan Rsul terhadap ummat

Senin, 07 Juni 2010

MENGENAL AL-QUR'AN

Pengertian al-Qur’an
KATA Qur’an pada mulanya diambil dari akar kata qara’a, qira’atan, qur’anan. Misalnya seperti dalam firman Allah SWT : (Al-Qiyamah [75] : 17 - 18),

“Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya, apabila Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu.”
Dalam struktur bahasa Arab kata Qur’an adalah masdar (infinitif) menurut wazan (tasrif, konjugasi, atau pola) “Fu’lan”.
Memang dalam berbagai ayatnya Allah menyebut Kitab Suci Umat Islam ini dengan sebutan Qur’an, misalnya dalam (al-A’raf: 204).

“Dan apabila dibacakan al-Qur’an, Maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat”
Banyak sekali difinisi yang yang dibuat para Ulama, tentu saja berbagai macamnya, tidak ada yang persis sama. Disini hanya akan disampaikan yang paling pas dan sesuai dalam pandangan Manna Khalil al-Qattan (Mabahis Fi Ulumil Quran), yang mana bersumber dari bukunyalah materi ini ditulis.
Yang paling mudah memang mendifinisikan al-Qur’an secara kongkrit, misalnya: “al-Qur’an adalah bismillahir rahmaanir rahim, alhamdulillahi rabbil alamin sampai dengan minal jinnatii wannas.” Namun untuk lebih mendekati maknanya dan agar benar-benar terbedakan dengan yang lainnya, maka para ulama mendifinisikan al-Qur’an dengan :

“Qur’an adalah Kalam (firman) Allah yang diturunkan kepada Muhammad S.A.w. yang membacanya merupakan suatu ibadah”
Dalam difinisi tersebut, “Kalam” atau ‘kata’ merupakan statement yang meliputi segala kalam, namun dengan menghubungkannya kepada “Allah” maka “Kalamullah” menunjuk secara tegas dan spesifik, jadi tidak termasuk kalam (kata) manusia, jin dan malaikat.
Dengan memakai kata “yang diturunkan” maka tidak termasuk Kalam Allah yang sudah khusus menjadi milik-Nya, seperti yang terungkap dalam firman-Nya : (Al-Kahfi [18] : 109)
“Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)”.
atau (Luqman [31] : 27)
“Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Dengan membatasi apa yang diturunkan itu hanya “kepada Muhammad S.A.W. maka tidak termasuk yang diturunkan kepada Nabi-Nabi sebelumnya seperti Taurat, Injil dan yang lainnya. Apalagi kepada orang-orang ‘pasca Muhammad’ yang kehilangan akalnya mengaku mendapat wahyu sebagai utusan Allah.
Dan dengan dikatakan “yang membacanya merupakan suatu ibadah” maka terbedakanlah ketika kita membaca hadits ahad maupun hadits kudsi, sebab membacakan hadits tidaklah sama dengan membaca Qur’an.
Selain disebut dengan Qur’an, Kalamullah ini disebut juga dengan al-Kitab atau Kitab Allah (QS.2:2 dan QS.6:114), al-Furqan yang berarti pembeda antara yang benar dan yang batil (QS.25:i), adz-Dzikr yang berarti peringatan (QS.15:9), dan at-Tanzil yang berarti diturunkan (QS.26:192). Hanya saja penamaan al-Qur’an dan al-Kitab lebih populer dari nama-nama yang lainnya.
Allah SWT dalam berbagai ayatnya juga menyebut al-Qur’an dengan berbagai sifatnya, berikut rinciannya :
Nur (cahaya) (QS An-Nisa’[4]; 174) “Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (al-Qur’an).”
Huda (petunjuk), Syifa’(obat), Rahmah (rahmat), dan Mauízah (nasihat) (Qs Yunus [10];57) “Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu nasehat dari Tuhanmu dan obat bagi penyakitpenyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”
Mubin (yang menerangkan) (QS al-Maidah [5];15) “Hai ahli Kitab, Sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi al-Kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan”.
Mubarak (yang diberkati) (QS al-An’am [6];92) ”dan ini (al-Qur’an) adalah kitab yang telah Kami turunkan yang diberkahi; membenarkan Kitab-Kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang di luar lingkungannya. orang-orang yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya (al-Qur’an) dan mereka selalu memelihara sembahyangnya.”
Busyra (kabar gembira) (QS al-Baqarah [2];97) “Katakanlah: “Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, Maka Jibril itu telah menurunkannya (al-Qur’an) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman.”
Aziz (yang mulia) (QS Fussilat [41];41) “Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari al-Qur’an ketika al-Qur’an itu datang kepada mereka, (mereka itu pasti akan celaka), dan Sesungguhnya al-Qur’an itu adalah kitab yang mulia.”
Majid (yang dihormati) (QS Al-Buruj [85];21) “bahkan yang didustakan mereka itu ialah al-Qur’an yang mulia”
Basyir (pembawa kabar gembira), dan Nazir (pembawa peringatan) (QS Fussilat [41];3-4) “kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui, yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling, tidak mau mendengarkan.”
Bukalah al-Qur’an dan dapati ayat-ayat tersebut diatas renungkan dan resapi Insya Allah kita akan dapati banyak nasehat, obat, penyejuk jiwa, berita gembira, kemuliaan, pengingat dan jutaan kebaikan lainnya. Dan mari kita mulai jalin hubungan yang indah dengan Alquran sebab ia adalah surat dari Tuhan kita untuk kita.[]

10 WASIAT HASAN AL-BANNA

10 WASIAT

10 wasiat Hasan al banna:
1- Dirikanlah salat apabila saudara mendengar azan
قم الى الصلاة متى سمعت النداء مهما كانت الظروف.
2- Bacalah al-Qur an , telaah buku-buku, atau dengarkan perkataan yg baik atau zikir kepada Allah. Dan janganlah membuang waktumu walau sedikitpun dalam hal yg tiada faedah
اقرا القران او طالع الكتب اواسمع اواذكر الله ولا تصتف جزءا من وقتك بغير فائدة
3- Berusaha dan bersunggu-sungguh utk bicara bhs arab yg fasih, krn sesungguhnya itu adlah sebagian syiar isloam
اجتهد ان تتكلم باللغة العربية الفصحى فانها من شعائر الاسلام
4- Jangan banyak bertengkar dalam perkara apa saja sama sekali, krn pertengkaran tdk mendatangkan kebaikan
لا تجادل البتة, فان الجدال لا يأ تي بخير
5- Jangan banyak tawa krn hati yg senantiasa berhubung dengan Allah itu senantiasa tenang dan tenteram
لا تكثر الضحك لان كثرة الضحك تميت القلب والقلب الموصول بالله وقور واطمئنان
6- Jgn bergurau, krn umat yg berjuang itu tdk mengerti melainkan bersungguh-sungguh dalam semua perkara
لا تلعب فإن الامة المجاهدة لاتعرف الا الجد في الامور
7- Jgn meninggikan suara lebih dari kebutuhan, krn suara yg nyaring suatuyg sia-sia dan menyakiti hati org lain
لا ترفع صوتك فوق الحاجة لأن ذلك لغو ومؤذى الناس
8- Jauhi mengumpat pribadi org mengecam pertumbuhan, dan jgn bicara melainkan yg mendatangkan kebaikan
اجتنب الغيبة والنميمة على الاشخاص ولا تتكلم الا بما فيه منفعة
9- Berkenalanlah dg saudaramu walau ia tdk meminta, krn asal grakan dakwah kita berkasihsayang dan berkenalan
تعارف باخوانك وان لم يطلبوا فإن اساس دعوتنا الحب والتعارف.
10- Kewajiban lebih banyak dari pada waktu yang ada, maka tlglah saudaramu ttg dan bagaimana menggunakan waktu, jika kamu punya tugas maka persingkat pelaksanaannya
الواجبات أكثر من الاوقات, فعاون اخاك ان ينتفع بوقته, وان ىكان لك شغل فأوجز.


عشر وصايا من النبي لمعاذ

عن معاذ بن جبل رضي الله عنه قال:
أوصاني رسول الله صلى الله عليه وسلم بعشر كلمات فقال:
1. لا تُشرك بالله وإن قُتلت وحُرقت.
2. ولا تعُقنّ والديك وإن أمراك أن تخرج من أهلك ومالك.
3. ولا تتركنّ صلاة مكتوبة متعمدًا، فإن من ترك صلاة مكتوبة متعمّدًا فقد برئت منه ذمة الله.
4. ولا تشربنّ خمرًا فإنه رأس كل فاحشة.
5. وإياك والمعصية فإن بالمعصية حلّ سخط الله.
6. وإياك والفرار من الزحف وإن هلك الناس.
7. وإن أصاب الناس موت فاثبت.
8. وأنفق على أهلك من طولك.
9. ولا ترفع عنهم عصاك أدبًا.
10. وخِفهم في الله".

Minggu, 06 Juni 2010

Allah

semua milik Allah, semua untuk Allah, semua kembali kepada Allah

Kamis, 03 Juni 2010

Hak Suami Istri

KH. Ali Akhmadi, MA. Al-Hafizh

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya”, (QS. Ar-Ruum; 21)

Suatu ketika Imran bin Hathan menemui istrinya. Imran itu adalah orang yang buruk rupa; kecil dan pendek tubuhnya. Sementara istrinya sangat cantik parasnya dan elok rupanya, sehingga ia tidak mampu menahan pandangannya untuk terus memandanginya. Merasa diperlakukan seperti itu, Istrinya kemudian berkata, “Ada apa denganmu sehingga memandangiku terus, wahai suamiku?”.
“Alhamdulillah, demi Allah engkau sungguh sangat cantik”, Imran berkata.
“Berbahagialah dirimu sebab saya dan dirimu akan masuk surga”, kata istrinya.
“Dari mana engkau mengetahui bahwa kita akan masuk surga?”, tanya Imran dengan heran.
Istrinya berkata, “Engkau dianugerahi aku (wanita cantik) sehingga engkau bersyukur, sedangkan aku diberi cobaan sepertimu dan aku bersabar. Orang yang sabar dan bersyukur akan masuk ke dalam surga kan?”
Imran lantas memuji kebesaran Allah, lalu tersenyum seraya mengangguk, membenarkan apa yang diucapkan oleh istrinya, dan semakin bersyukurlah ia mendengar perkataan istrinya.
Rumah tangga adalah sebuah bahtera yang dijalankan oleh dua sejoli yang telah dihalalkan secara syar’i untuk hidup bersama. Menumpahkan segenap kasih sayang, memupuk kecintaan, menjaga kekompakan agar tetap mampu berlayar diantara serpihan-serpihan harapan dan rintangan. Bersama menyatukan tekad untuk saling bahu–membahu mengemudikan kapal agar tetap melaju ditengah terpaan badai dan terjangan ombak yang semakin lama adalah semakin menderu. Meski tidak jarang oleng dan akhirnya karam sebelum mencapai tujuan.
Hak Suami atas istrinya
Suami adalah seorang pemimpin bagi keluarganya. Sebagai seorang nahkoda yang menentukan kemana arah yang akan ditempuh selama perjalanannya menuju pulau impian. Namun bukan berarti kemudian ia dapat berlaku semena-mena terhadap keluarganya, disinilah Islam telah mengatur hak-hak suami atas istrinya, diantaranya;
Pertama, seorang suami berhak untuk dipatuhi oleh istrinya dalam kadar untuk tidak diajak menjalankan maksiat. Sabda Rasulullah SAW yang berarti; “Andaikata aku (boleh) memerintahkan seseorang untuk bersujud kepada orang lain, niscaya kuperintahkan istri untuk sujud kepada suaminya karena ketinggian mereka terhadap istri”. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Hibban)
Kedua, seorang suami berhak untuk dijaga kehormatan dan hartanya oleh istrinya. Maka, seorang istri tidak boleh membeberkan segala kekurangan-kekurangan yang dimiliki suaminya kepada siapapun serta menampakkan auratnya selain kepada suaminya dan muhrimnya.
Ketiga, suami berhak mendapatkan penjagaan dari sesuatu yang haram dari istrinya. Maka dari itu, seorang istri tidak boleh menuntut lebih daripada penghasilan suaminya. Sebagaimana telah dicontohkan oleh para wanita pada generasi salaf. Seorang suami ketika keluar dari rumah, maka istriinya akan berkata, “Hati-hati dengan usaha yang haram. Kami akan sabar menahan lapar dan kesulitan, tetapi kami tidak akan sabar menanggung siksa api neraka”. Sabda rasulullah SAW yang berarti, “ Aku melihat neraka kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita”. Lalu kaum perempuan bertanya, “Mengapa, ya Rasulullah?”. Beliau menjawab, “(Karena) mereka saling mengutuk dan mengingkari kebaikan suami”. (HR. Bukhari-Muslim)
Keempat, Seorang suami adalah berhak untuk mendapatkan kasih sayang dari istrinya. Sebab sudah menjadi keharusan bagi seorang istri untuk menumpahkan kasih sayangnya kepada suami dan keluarganya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “(Istri-istri) yang hamil, yang melahirkan, yang menyusui dan sayang kepada anak-anaknya, kalaulah bukan karena apa yang mereka lakukan kepada suami mereka, niscaya wanita-wanita yang salat akan masuk surga”. (HR. Ibnu Majah dan Hakim)
Hak istri atas suaminya.
Demikianlah, diantara tanda-tanda kekuasaan Allah adalah diciptakan-Nya seorang perempuan untuk laki-laki dari jenisnya, agar dia cenderung dan merasa tentram kepadanya. Laki-laki adalah pakaian untuk perempuan dan perempuan adalah pakaian untuk laki-laki. kewajiban seorang istri adalah untuk taat dan patuh kepada suaminya, maka dengan demikian, ia memiliki hak atas suaminya, diantara hak-hak tersebut adalah;
Pertama, diberi nafkah oleh suaminya, baik itu nafkah lahir maupun nafkah batin. Sebagaimana firman Allah, yang berarti, “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh Karena Allah Telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan Karena mereka (laki-laki) Telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. (QS. An-Nisa’; 34). Jika seorang istri sudah tidak lagi mendapatkan nafkah dari suaminya, maka ia berhak mengajukan gugatan cerai kepada suaminya;
Kedua, dipergauli oleh suaminya dengan baik; dipanggil dengan panggilan yang mesra dan menyenangkan hatinya, sebagaimana Aisyah biasa dipanggil oleh Rasulullah dengan panggilan “Khumaira’. Disayayangi, dikasihi, dicintai, dihargai, dimaafkan bila berbuat kesalahan, serta tidak dijadikan kekurangan pada dirinya sebagai aib yang menutupi semua kebaikannya. Sebab yang demikian itu menjadikan pahala kebaikan yang banyak disisi Allah. Sebagaimana firman Allah yang artinya; dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) Karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.(QS. An-Nisa’; 19);
Ketika, mendapatkan nasehat dari suaminya; diajak kepada yang ma’ruf dan dicegah dari perbuatan yang munkar; seperti, mendirikan salat, melakukan puasa, beribadah haji, berinfak, bersedekah dan kebaikan-kebaikan lainnya. Sebagaimana firman Allah yang artinya; “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan Bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. (QS. Thaha; 132). Jika sang istri melakukan perbuatan yang bertentangan dengan perintah Allah, maka ia berhak untuk diberikan peringatan; dipisahkan tempat tidurnya dan dipukul dengan pukulan yang tidak meninggalkan bekas oleh suaminya;
Keempat, mendapatkan penjagaan dari panasnya siksaan api neraka. Sebagaimana firman Allah yang berarti; “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, (QS. At-Tahrim; 6)
Demikianlah Allah SWT telah menciptakan manusia dengan segala keunikannya. Disaat seseorang hidup sendirian, maka akan terasa sesuatu yang kurang, dan jika sudah hidup berdampingan dengan pasangannya ia merasa ada sebuah ketenangan. Namun perlu diingat bahwa menjaga ketenangan tersebut adalah bukan merupakan sesuatu yang mudah. Harus adanya kerjasama yang kompak antara suami dan istri.
Ternyata, dalam kehidupan modern ini, tidak hanya seorang suami yang memiliki penghasilan, seorang istri pun tidak jarang mempunyai penghasilan lebih tinggi daripada suaminya sehingga melupakan kewajiban kepada suaminya dan keluarganya. Ataupun sebaliknya, seorang suami yang work alkoholic (gila kerja) sehingga melupakan kewajibannya sebagai seorang suami untuk memberikan nafkah batin kepada istrinya. Inilah kenyataan zaman yang tidak dapat dipungkiri, Maka, inilah hak yang harus diberikan kepada suami kepada istrinya ataupun sebaliknya sorang istri kepada suaminya. Sebenarnya bila kita perhatikan dengan maraknya perceraian yang berkembang di masyarakat kita akhir-akhir ini, adalah karena kurangnya kesadaran untuk memperhatikan hak dan kewajiban diantara mereka. Tidak adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban, sehingga mendorong terciptanya suasana yang kurang harmonis diantara anggota keluarga.
Jujurlah, bila anda seorang suami, kira-kira siapakah orang yang paling cantik di dunia ini? Dan jika anda seorang istri, siapakah orang yang paling tampan di dunia ini? Masih adakah di zaman modern ini kecintaan seorang Majnun kepada Laila? Dan adakah penyesalan dalam diri anda dengan pasangan yang telah anda pilih?
Bolehlah kita mencintai pasangan kita dengan sepenuh hati, mengorbankan segenap jiwa raga demi kebahagiaannya, serta berjanji sehidup semati untuk meyakinkannya. Tapi akankah itu semua terjadi? Memang itu semua dengan mudah terjadi disaat usia pernikahan kita baru berumur sehari atau dua hari. Namun, jujurlah bahwa ternyata disaat ketampanan atau kecantikan itu memudar dan hidup serba mewah yang telah dicita-citakan diawal pernikahan pun tidak kunjung kita gapai atau tiba-tiba Allah memudahkan kita untuk mencari rezeki, sehingga tercukupi apa yang kita inginkan. Apakah kita masih setia pada janji?
Hanya laki-laki yang shaleh dan wanita yang shalihahlah yang mampu bertahan di tengah kejemuan dalam berumah tangga. Yang senantiasa sadar hakikat cinta sejati dari sebuah pernikahan yang keduanya telah meridhai, yang tidak pernah berputus asa dari mengharap ridha Illahi. Pernikahan bagi mereka adalah sebuah sarana untuk mensucikan diri, tempat untuk menjaring kebaikan dalam rangka memperoleh bekal perjalanan menuju pulau impian yang sudah menanti. Wallahu a’lam bishshwab.

Selasa, 01 Juni 2010

CAHAYA AL QURAN


1- Kata جنات dalam al-Qur an di ulang sebanyak 60 kali sedang kata جنة di ulang 18 kali, tapi huruf Jim yang di baca fathah yang mempunyai arti arti surge ada 11 kali . Berdasarkan penelusuran ayat-ayat yang menyebutka dua kata tersebut atau salah satunya, menunjukkan bahwa kata جنات dalam al-Qur an menunjukkan arti surge, tempat kebahagiaan puncak yang akan di berikan Allah kepada yang taat, hal itu akan terjadi nanti di akhirat. Sedang kata جنة dengan bentuk singular (mufrad) tidak menunjukkan arti surge kecuali bila huruf JIM di baca fathah itu di ulang 11 kali, dari 18 kali perulangan dalam al-Qur an. Kata جنة yang menunjukkan arti surge diperjelas dengan menggunakan kata lain seperti عالية, النعيم, المأوى, نعيم, الخلد, . sedang kata الجنة di ulang 54 kali dalam al-Qur’an yang juga menunjukkan arti surga
2- Setiap ketidakmujuran pasti terselip keberuntungan
3- Membalas kejahatan dengan kebaikan adaah tindakan yang terpuji
4- Pengetahuan itu seperti gudang berisi emas
5- Orang yang berjiwa besar selalu teguh pada pendirian
6- Disiplin diri di mulai dengan penguasaan pikiran
7- Melakukan hal yang kecil dengan cinta besar hasilnya menyenangkan
8- Akutan akan mempersulit kita dalam segala hal
9- Kesalahan terbesar adalah tidak pernah membuat keputusan
10- Kata menyerah hanya bagi mereka yang lemah
11- Tanpa permulaan tidak aka nada perubahan, tanpa permulaan yang jelas kita tidak akan pernah sampai kemana-mana
12- يا ايها الذين امنوا jumlahnya dalam Al-qur an ada 89 kali. dalam juz 6 ada 9 kali. Sedang pada juz ke 7 ada 7 kali dan semuanya baik yang ada di juz 6 atau 7 berada dalam surat al-maidah. Kata tersebut tidak di dapati pada juz 8, sedang pada juz 9 terdapat 5 kali pada surat al-anfal. Sedang يا اهل الكتاب ada 6 kali pada juz 6 dari 12 kali yang ada dalam Al-Qur an. Kata يا ايها الذين كفروا tidaka ada pada juz 6, 7, 8 dan 9. Dalam Al-qur an hanya ada satu kali dalam surat At-tahrim ayat ke 7.
13- Kata جاهد dengan fi’il madhi ada sekali dalam al-qur an yaitu pada surat alankabut dan جاهد dengan fi’il amar ada 2 kali dalam al- qur an pada surat at-taubat dan at-tahrim. Sedang kata جاهدوا dalam bentuk fi’il madhi jama’ ada lima kali ulangan dalam al-qur an dalam al-qur an. Sedang kata dengan fi’il madhi (huruf HA dibaca fathah) bentuk jama’ ada 6 kali dalam al-qur an. Dan جاهدوا dalam bentuk fi’il amar (huruf HA dibaca kasrah) bentuk jama’ ada 4 kali di antaranya di akhir surat al-haj dan lainnya ada di surat at-taubah dan al-maidah. Kata يجاهدون sekali saja pada surat al-maidah, dan يجاهد fi’I

11 WASIAT DR KH ALI AKHMADI MA AL HAFIZH

1. Jadilah manusia yang berpengetahuan luas karena ilmu itu cahaya dan penerang kehidupan, serta jadikan Al-Qur'an dan As-sunnah sebagai pondasinya.
2. Jadilah orang yang taat beribadah kepada Allah SWT dan dirikan ibadah anda di atas pondasi pemahaman iman dan Islam yang benar.
3. Jadilah orang yang berakhlak mulia, karena akhlak adalah buah dari ilmu, iman dan amal.
4. Jadilah orang yang bermanfaat dan mampu memberikan kontribusi, karena manusia yang baik adalah manusia yang banyak memberi manfaat kepada lingkungannya.
5. Jadilah orang yang giat dalam bekerja, cerdas dalam berfikir dan peka dengan situasi, karena kemenangan dan kebahagiaan dunia akhirat bermula dari berfikir dan beramal.
6. Jadilah orang yang mampu mencukupi kebutuhan hidup, karena orang yang tergantung kepada orang lain tidak mampu menyelesaikan problematika ummat.
7. Jadilah orang yang yang mampu membangun komunikasi, karena semua muslim adalah saudara yang mempunyai banyak potensi.
8. Jadilah orang yang mampu memanfaatkan umur dan kesempatan, karena setiap waktu ada kegiatan sendiri yang akan di hisab oleh Allah SWT.
9. Jadilah orang yang mampu mencetak produktifitas dan menghasilkan, karena produktifitas adalah tanda kemenangan di dunia.
10. Jadilah orang yang menerapkan kebenaran dalam seluruh lini kehidupan, karena kehidupan merupakan satu kesatuan.
11. Jadikanlah keridhaan Allah SWT tujuan dari niat, pikiran, usaha dan semua produktifitas anda, karena alam semesta adalah milik Allah yang harus di kembalikan kepadaNya.


1. Jadilah manusia yang berpengetahuan luas karena ilmu itu cahaya dan penerang kehidupan, serta jadikan Al-Qur'an dan As-sunnah sebagai pondasinya.
2. Jadilah orang yang taat beribadah kepada Allah SWT dan dirikan ibadah anda di atas pondasi pemahaman iman dan Islam yang benar.
3. Jadilah orang yang berakhlak mulia, karena akhlak adalah buah dari ilmu, iman dan amal.
4. Jadilah orang yang bermanfaat dan mampu memberikan kontribusi, karena manusia yang baik adalah manusia yang banyak memberi manfaat kepada lingkungannya.
5. Jadilah orang yang giat dalam bekerja, cerdas dalam berfikir dan peka dengan situasi, karena kemenangan dan kebahagiaan dunia akhirat bermula dari berfikir dan beramal.
6. Jadilah orang yang mampu mencukupi kebutuhan hidup, karena orang yang tergantung kepada orang lain tidak mampu menyelesaikan problematika ummat.
7. Jadilah orang yang yang mampu membangun komunikasi, karena semua muslim adalah saudara yang mempunyai banyak potensi.
8. Jadilah orang yang mampu memanfaatkan umur dan kesempatan, karena setiap waktu ada kegiatan sendiri yang akan di hisab oleh Allah SWT.
9. Jadilah orang yang mampu mencetak produktifitas dan menghasilkan, karena produktifitas adalah tanda kemenangan di dunia.
10. Jadilah orang yang menerapkan kebenaran dalam seluruh lini kehidupan, karena kehidupan merupakan satu kesatuan.
11. Jadikanlah keridhaan Allah SWT tujuan dari niat, pikiran, usaha dan semua produktifitas anda, karena alam semesta adalah milik Allah yang harus di kembalikan kepadaNya.